Minggu, 08 Agustus 2010

Ketika Aisyah Melirik Abraham (Karya ketiga Widinupus)

Aku bertemu dia secara tak terencana,
kuperhatikan dia masih dengan tatapan biasa,
wajah alim dengan dandanan seadanya,
dia hanya diam dan tak banyak berkata,
Itulah mengapa tatapanku masih biasa terhadapnya;
Tiada yang dapat menyangka kami diharuskan
bersama dalam sebuah rumah,
rentang waktu yang cukup lama membuat dia sedikit berubah,
semakin hari dia membuatku semakin terpesona,
ujaran spontan dan tingkah laku lucu tanpa rekayasa,
mengalihkan pandanganku yang sekarang hanya terpusat padanya,
aku mengumpat,
payah! Mungkinkah aku sudah jatuh hati pada seorang hamba yang memiliki cara menyembah tuhan dengan berbeda?
Kembali kuyakinkan rasa ini,
aku tak mampu berpikir lirih,
tidak ada perasaan yang berbisik aku salah pilih,
tiada pula hasratku tuk ingin meraih,
dia yang berjiwa gigih;
Seorang Abraham yang taat,
Hamba dengan pendirian kuat,
sangat berbeda dengan Aisyah yang lemah,
tak mampu tuk menang,
hanya bisa terus mengalah. Camkan, bukan kalah!
Ingin aku mencoba mendekat,
tidak tersirat maupun tersurat sedikitpun tentang dosa,
hati sudah terlanjur terpikat,
terlintas keinginan jiwa untuk bisa memiliki dia.
Seribu kemalangan menerpa Aisyah,
Abraham tak peka terhadap hawa itu,
tidak ada perubahan semenjak pisah,
sang Abraham terpikat oleh perempuan kemayu,
namun bukan Aisyah.
Aisyah mulai membuka mata,
menyadari semua hanya fatamorgana yang menghantarkan dosa,
Hawa itu kini hanya bisa menunggu kembali,
bukan Abraham yang diharapkan,
melaikan Ibrahim, kekasih sejati.

3 komentar: