Jumat, 11 Maret 2011

Sunatan itu MENYEBALKAN!

Well, actually sunatan does not suck at all. Sebenarnya saya nya aja yang takut melihat orang disunat. ehehhe.
Dari kecil, saya paling tidak bisa menghadiri undangan sunatan. Saya takut melihat anak cowok yang tidak memakai celana dan memamerkan alat vital yang berlumuran obat pereda sakit dan sebagainya. Entah dari mana ketakutan itu muncul. Sialnya pada saat itu saya memiliki adik yang cukup umur untuk bisa disunat. Kalian tahu? hari dimana acara sunatan adik saya benar-benar menyebalkan.

waktu itu sekitar 13 tahun yang lalu, saya masih duduk di bangku kelas 3 SD. Mamah dan Bapak saya baru pulang dari Mekah, dan mereka memutuskan untuk mengadakan acara syukuran sekaligus sunatan adik saya yang bernama Reza. Kebahagiaan saya karena akan diadakannya pesta syukuran kepulangan mamah dan bapak pun musnah seketika. Saat itu juga, saya memutuskan untuk tidak mengikuti acara keluarga tersebut dan memilih untuk tetap pergi sekolah. Malam sebelum syukuran dimulai, dokter datang ke rumah untuk memermak alat vital Reza. Mungkin karena badan dia yang tambun, dokter jadi sulit untuk memotong bagian yang seharusnya dipotong. Reza menangis dan teriak-teriak ketika dokter terus berusaha untuk menyelesaikan tugasnya. Saat itu, saya sudah pindah kediaman. Saya tidur di dapur bersama salah satu saudara saya selama Reza belum bisa memakai celana. Di dapur, kami cemas ketika Reza teriak-teriak kesakitan karena obat bius yang diberikan dokter tidak bekerja. Saya melihat nenek turun ke dapur dan menangis tak tega. Beberapa waktu kemudian, akhirnya prosesi memermak pun selesai.

Paginya saya berangkat ke sekolah. Alangkah senang bisa bermain bersama teman-teman disana daripada harus berlama-lama tinggal di dapur. Saya kaget ketika seorang guru memanggil saya ke kantor. Saya pikir, saya melakukan kesalahan, tapi ternyata, mereka hanya menanyakan alasan saya tetap pergi sekolah padahal di rumah sedang diadakan hajatan. Ternyata lagi, sekolahnya cuma setengah hari karena mereka akan menghadiri hajatan orangtua saya. Sampai rumah, suasana sangat riuh. Banyak tamu, banyak aneka jenis makanan yang terhidang, dan banyak pagar ayu. Disana, saya melihat sepupu yang didandani. dalam hati, saya berkata dengan dongkol, harusnya saya yang jadi pagar ayu utama pada hari itu. Saya tergiur untuk memakan semua jenis hidangan, tapi saya memilih untuk pergi ke dapur daripada nanti ketika saya berkeliling ke setiap tenda untuk memakan makanan disana, adik saya tiba-tiba jalan keluar, dan saya melihat dia dan alat vitalnya itu.

Selama tiga hari, saya menginap di dapur. Saya tidak bisa leluasa berbuat apapun. Saya juga tidak bisa makan makanan hajatan sepuas yang saya mau. Saya hanya bisa memakan sisa makanan. How poor I was. Malam berikutnya, bapak datang ke dapur. Dia mungkin baru menyadari ketidakhadiran putrinya selama beberapa hari di ruang keluarga. Bapak mengajak saya pergi ke atas. Dia meminta saya untuk tidur di ruang TV sambil membujuk bahwa Reza tidak akan berjalan dan berada di ruang yang sama dengan saya. Saya pun akhirnya menurut, dan berani tidur di atas bersama bapak dan saudara lainnya.

Dikarenakan ketakutan yang berlebih, saya menderita selama beberapa hari. Tentunya menderita lahir dan batin. hehhehe. Waktu bercerita sama mamah tentang peristiwa hajatan itu beberapa tahun berikutnya (tepatnya 2010), mamah baru menyadari bahwa saya tidak menjadi pagar ayu di hajatan tersebut dan tidak berada di ruang atas selama beberapa waktu. *jleb!

Random Story

Klise dan monoton kalau misalnya kita membicarakan masalah hati dan cinta, tapi apa boleh buat, sebagai manusia yang punya hati (baca. perasaan), kita tidak bisa mengelak dari yang namanya cinta, meski cinta itu sendiri bersifat abstrak.
Marilah mulai menyimak cerita saya, karena mungkin, tulisan mengenai jatuh hati, cinta dan teman-temannya akan jarang bertengger di blog saya ini. yah, setidaknya setahun hanya ada satu atau dua cerita (padahal lebih). hehehe.
saya sudah kenal dan sering melihat sosok dia, kami saling kenal satu sama lain, saya yakin. Hanya antara kami, tidak ada yang mau mulai menyapa. Saya sendiri merasa sangat malu dan grogi kalau misalnya bertemu dengan dia. Jarak kami sebenarnya sangat memadai untuk bisa mengobrol tiap hari. Bahkan, banyak sekali hal dan orang yang menghubungkan kami, sehingga kami akan bisa sangat nyambung kalau mengobrol.
Sekarang, kami sudah bisa berkomunikasi meski tidak selancar yang diinginkan lewat dunia maya. Di dunia nyata, kami hanya bertegur sapa sekali. Akan tetapi, efeknya masih terasa sampai sekarang. Saya ingin selalu curi-curi pandang ke arahnya. Dia sungguh manis dan sopan.
Teman baiknya adalah teman baik saya juga. dia cerita banyak tentang sifat orang yang sedang saya senangi. dia bilang "he's the nicest person ever." katanya, orang yang belum kenal dengannya, akan mengasumsikan keakraban mereka seakan lelaki itu sedang melakukan pendekatan. Padahal memang sikapnyalah yang terlalu ramah. Ini mengingatkan saya pada teman dekat yang pernah saya sayangi. Saya pun sudah menyiapkan ancang-ancang untuk hal yang pernah saya alami sebelumnya.

Well, saya rasa ini adalah tulisan yang paling sampah dan tidak penting yang pernah saya tulis. Apa boleh buat, saya butuh pelampiasan. Jadi, tulisan ini akan terpajang di blog ini sebagaimana mestinya. hahahha.

Selasa, 08 Maret 2011

Bertahan tanpa Facebook

Awal bulan Maret, saya membuat sedikit perubahan mengenai pola pemanfaatan waktu. Selama berkuliah di Universitas Padjadjaran, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, saya mencatat sedikit sekali waktu yang benar-benar saya gunakan untuk hal yang bermanfaat. Menginjak usia yang ke-22, saya mencoba untuk mengumpulkan berbagai macam penyebab yang membuat waktu saya terbuang percuma.

Setelah ditelusuri, penyebab yang paling besar yang saya punya adalah akun facebook saya sendiri. Ketika masih agak asing dengan dunia maya, saya masih bisa fokus terhadap apa yang saya kerjakan dan juga banyak melakukan hal yang bermanfaat. Di tahun ketiga saya berkuliah dan menetap di Jatinangor, saya mencoba untuk mengenal lebih dekat dunia maya, saya memasang koneksi internet di kostan yang sekarang. Hasilnya, kami teramat sangat akrab sehingga tidak bisa berpisah jauh dalam jangka waktu beberapa jam. Kerjaan saya hanya duduk di depan layar Laptop, bermain games di Facebook, melihat-lihat akun teman-teman, dan juga foto-foto mereka. Jadwal belajar, mengerjakan tugas, dan membereskan kamar pun jadi kacau. Ditambah lagi dengan tumbuhnya penyakit hati melihat kebahagiaan orang lain. Timbul rasa iri dan cemburu yang membuat saya tersiksa.

Saya pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan sejenak jejaring sosial Facebook, membandingkan kehidupan saya ketika masih akrab dan sudah berpisah dengannya. Hasil yang saya rasakan setelah 8 hari berpisah adalah cukup memuaskan, saya bisa mengerjakan tugas baca tanpa hambatan, membereskan kamar dengan teratur, dan membuat 2 tulisan baru di Blog saya, salah satunya tulisan ini. :)

Dia Menelanjangi Saya Diam-Diam

Itu terjadi pada tanggal 07 Maret kemarin, ketika kami merencanakan pertemuan yang tidak biasa kami lakukan di waktu dulu. Awalnya, saya menikmati kebersamaan kami, becanda, tertawa, dan adakalanya serius sambil tak lupa menikmati makanan kecil yang tersedia. Jarang sekali kami melakukan hal yang berbeda seperti ini. Biasanya kami tidak memedulikan hal serumit ini, kami selalu membiarkannya berlalu seperti itu, tanpa diperhatikan lebih lanjut. Pertemuan ini sungguh mengubah pandangan kami.

Hingga beberapa waktu berselang, dia meminta ijin untuk memasuki kamar saya. Saya tidak berpikir akan terjadi hal seperti ini, dikarenakan kelakuannya yang saya kenal selama ini tidak memiliki cacat yang cukup signifikan. Saya tidak menyangka dia berani berbuat hal yang serendah itu. Kekesalan mulai menjalar, namun dia seolah tak peduli dan menikmati apa yang dia lakukan. Saya hanya bisa pasrah sampai dia sadar dan meminta maaf setulus hati serta menyadari kesalahan yang telah dia perbuat.

Di satu perkuliahan, dosen saya pernah berkata, harga diri kalian bukan hanya menempel di badan, tetapi juga menempel di barang-barang yang kalian miliki. Sebagai contoh, ketika sedang ujian, ada teman yang mencontek pekerjaan kita, secara tidak langsung dia sudah menelanjangi diri kita. Seolah-olah melihat badan yang dengan hati-hati kita sembunyikan. Harga diri kita akan semakin tidak bernilai ketika kita membiarkannya dengan leluasa menelusuri tiap isi yang ada didalamnya.

Pada awalnya, saya tidak memedulikan hal tersebut. Alasannya adalah karena kebersamaan jauh lebih penting daripada nilai. Pemikiran yang teramat sangat naif pada masa itu. Kejadian hari Senin itu telah merubah cara pemikiran dan pandangan saya akan betapa pentingnya menjaga diri sendiri dan memiliki sifat individualis (pada waktu tertentu) daripada mementingkan orang lain yang belum tentu dia menghargai kita. Ketika melihat teman saya membuka semua folder dan mengambil beberapa file dari laptop saya tanpa meminta ijin, saya merasakan seolah-olah ditelanjangi habis-habisan. Dia menjelajahi semua privasi yang saya miliki. Kegiatan diskusi yang menyenangkan pun berakhir oleh perasaan yang benar-benar membuat sisa hari saya seperti berada di tempat yang paling buruk sedunia. Beginikah rasanya ditelanjangi oleh orang yang tidak kita harapkan?