Jumat, 09 Januari 2015

You and I

Pada akhirnya saya menemukan dia. Dia yang sebenarnya selau ada di sekitar lingkungan tempat tinggal saya. Dia yang setiap harinya selalu saya lihat sebagai pria biasa yang sama-sama bekerja meneruskan usaha keluarga. Dia yang pada awalnya saya pikir mustahil untuk bisa bersama. Setiap cerita pasti memiliki permulaan. Mulanya kami tidak saling bertegur sapa, mulanya kami hanya bicara seperlunya. Hingga pada waktu yang telah tuhan tetapkan, dia mulai berani untuk memulai sebuah percakapan tidak biasa. Percakapan yang seterusnya mengarah kepada ajakan sebuah hubungan. Sampai akhirnya saya meng-iya-kan. Semua mengalir natural. Saya akhirnya bisa menjadi diri saya sendiri ketika bersama dia. Setiap waktu yang kami lalui serasa direstui oleh yang kuasa, pembicaraan kami seakan tidak ada yang sia-sia. Obrolan yang dianggap terlalu berat untuk pasangan baru yang saling mengenal, sudah biasa kami utarakan di setiap pertemuan yang kami lakukan. Keputusan-keputusan penting yang semestinya dibicarakan oleh pasangan yang sudah lama saling mengenal, telah kami bicarakan dan kami sepakati. Dia bertanya untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, dan secara spontan saya memilih bulan lahirnya untuk acara kami, Juli. Bulan yang sangat pas apabila kami kaitkan dengan tanggal-tanggal penting antara kami berdua. Maka ditetapkanlah ** Juli 2015 sebagai tanggal acara pelepasan masa lajang Widi Zakiyatin Nupus dan Heru Hernawan. Semoga tuhan selalu merestui dan menyertai setiap langkah yang kami ambil. I love you abadan, caroge ku sayang. Pals, just say amiin. Thank you. hehe

Hi, Buddy. Hai Badi

Menulis kembali setelah sekian lama ‘tidur’ merupakan suatu tantangan besar. Rasa super malas, bahkan untuk membuka MS.Office, yang menyelimuti seluruh jiwa raga sanubari hati nurani dan sebagainya adalah tantangan pertama yang harus disingkirkan. Pengalaman menulis kembali ini sama halnya ketika saya mencoba menulis lembar pertama skripsi. Disamping materi yang tidak mudah, mengumpulkan niat menulis kata pertama dalam kertas kosong dalam layar itu susahya minta ampun. Satu jam pertama saya hanya bisa menatap nanar ke arah layar dan terus bertanya ‘oh God, what to do, what to do?!’ Satu jam selanjutnya saya mengalihkan pikiran dengan bersosialisasi dengan teman-teman senasib lewat Twitter (kami tidak berani melalui facebook karena kami berteman dengan hampir semua dosen yang menjadi bahan obrolan kami saat itu). Setelah puas bergosip, saya pun tertidur dengan meninggalkan kertas putih MS.Word. Pilihan kata pertama dalam menulis sangat menentukan kelancaran serta bagus atau tidaknya tulisan yang kita buat. Terkadang dan juga seringnya saya hanya stuck di tiga kata pertama dan/ satu kalimat pertama and then I didn’t know what to do again. Hehehe Untuk tulisan pertama setelah ‘tidur’ lama, saya berniat untuk membayar hutang kepada salah satu teman baik saya yang belum sempat kenal lama namun sudah harus terpisah jarak yang sangat jauh dikarenakan kepentingan masing-masing. Walaupun tidak terlalu sering bertemu, namun kami beserta 18 orang lainnya, untungnya, memiliki quality time yang tidak terlupakan selama sebulan di desa Kertasari. Jadi setidaknya masing-masing dari kami sedikit mengetahui bagaimana karakter baik dan buruk tiap individu selama berkegiatan di desa tersebut. Pals, meet my friend, Pengkuh Pribadi, also known as Badi. Benar, saya akan sedikit becerita tentangnya.  Seorang Badi yang saya kenal adalah sosok pria maskulin yang dari segi fisik tampak tegas, memiliki karisma dan faktor x yang membuat perempuan tertarik untuk mengenal lebih dekat pria bernama Badi ini. Pada awalnya saya pikir Badi tipe orang serius dan susah diajak becanda, namun semuanya keliru. Dia easy going, enak juga diajak ngobrol dan tidak pilih-pilih teman. Maka itu kami langsung akrab dan bisa berbicara tentang banyak hal dengan santai. Pernah ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan tentang Badi. Pada suatu hari setelah kami melaksanakan program kerja di rumah pak Sekdes Kertasari, ketika kelompok kami hendak pulang, hujan turun dengan cukup deras. Tanpa pikir panjang, kami pulang dengan pelindung hujan seadanya, ada yang menggunakan jaket, ada juga yang bawa payung yang dipaksa untuk memuat banyak jiwa. Saya memilih untuk basah-basahan saja karena sudah terlanjur basah. Hahaha Nah, pada saat itu Badi jalan disamping saya, lalu tanpa saya sadari, dia belok dan mampir ke warung. Saya pikir mungkin Badi mau beli makanan kecil buat cemilan dia di rumah. Tapi tak berapa lama, dia berlari kea rah saya dan menutupi kepala saya dengan kantong kresek yang dia bawa dari warung. Saya lupa persisnya dia bilang apa waktu dia nutupin kepala saya pake kresek itu, tapi yang jelas, saya tersentuh. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Setelah KKN usai, saya pun kembali melihat sifat peduli antar teman dari sosok Badi. Ada beberapa teman saya yang dengan jelas menunjukkan sifat ogah untuk mengajak saya pergi bersama naik motornya (sudah jelas alasannya, jadi tidak perlu dipaparkan), tapi Badi dengan tangan terbuka langsung menawarkan diri untuk membawa saya menggunakan motornya. Seandainya Badi tipe saya, saya tidak akan melepaskan dia untuk perempuan lain. Namun sayangnya kami hanya dicocokkan untuk menjadi teman baik saja. Dan saya beruntung bisa mengenal Pengkuh Pribadi. Meski sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tidak pernah berkomunikasi lagi, saya selalu mendoakan dari jauh, semoga Badi mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya. Semoga Badi juga mendapatkan pendamping yang mengerti dan saling mencintai satu sama lain. Serta tidak lupa, maafkan Widi soalnya tulisan tentang Badi sudah telat 3 tahun dari perkiraan awal. Hehe. Salam SOS bray.