Selasa, 18 Agustus 2009

Poor me

I hate July and August. It is caused I had some bad memories on that months for two years. Actually, I can’t decide to judge July and August as my bad months, but It is truly soooooooo poor of me. I lost my cellphone on 26th July 2008 when I did some simulations for student orientation in my campus. Then, my father gave a new cellphone (that’s actually my brother’s cellphone) to me. Unfortunately, I just used it for a month because that cellphone has just broken. I did it, I made my second cellphone brake. And my father changed my cellphone left. He gave me N81. I enjoy with it. N81 is my exclusive and my first wifi cellphone.

Again and again, on 20th July 2009, I lost my lovely N81 cellphone. It happened when I went to Garut to visit my senior high school reunioun. I cried loudly and I was very shock to know that N81 wasn’t beside me anymore. My parents maybe was soo disappointed to me because I had lost my cellphone for the second time. They didn’t angry and say something except they suggested that I should be more patient, and careful. My mother gave her cellphone (nokia 6300). How stupid I am because that cellphone was broken by me. I just used it for two weeks. If I didn’t think about my lovely family, my education and myself, I would suicide in that time. But, I try to repair it in Nokia centre. 4 days left, the operator sent me a text that they can’t repair it. I was soo down deeply.

Finally I told it to my mother. She is the best mother in the world. She is never angry but she also tells me to keep myself safe.

And now, I buy my new nokia (1202) with my own money. The price is RP.280.000,- I should take care of it more than my previous cellphones.

The conclution of the story about my cellphone is…

Saya kurang mensyukuri dan menghargai apa yang diberikan oleh Allah dan kedua orangtua saya. I shouldn’t hate something because of my mistake. That’s it.

Senin, 10 Agustus 2009

CAP FOS TUMPAK UWA (Catatan Perjalanan FOS to Pameungpeuk sesi dua)

Pameungpeuk, 10 Agustus 2009

Saya akan mencoba menceritakan pengalaman 25 jam bersama teman-teman FOS (Segerombolan teman-teman SMA dimana saya menghabiskan 2,7 tahun bersekolah dan sekelas dengan mereka di IPA 5) di Pameungpeuk pada tanggal 8-9 Agustus 2009 kemarin. Di mulai dari jarkom yang saya terima dari Dinar pada akhir bulan juli lalu. Saya sedikit kaget karena isi jarkom tersebut membahas rencana keberangkatan anak FOS ke Pameungpeuk pada tanggal yang sudah disebutkan, namun mereka belum melakukan konfirmasi kepada saya sebagai orang yang seharusnya akan menjamu mereka disana. Dan rencana tersebut menimbulkan dilema yang teramat sangat mengganggu kegiatan saya di daerah perantauan. Bagaimana tidak, bulan Agustus yang saya pikir adalah bulan yang paling bebas untuk bersantai (karena saya sudah terlepas dari kewajiban melaksanakan satu pementasan mandiri GSSTF) dan tidak ada lagi kesibukkan yang membuat saya menjadi seorang perempuan pelupa, teledor, sering melamun, dan mengidap stres tingkat rendah sehingga saya kehilangan ponsel yang saya banggakan (untuk kedua kalinya), ternyata justru merupakan bulan yang padat akan kegiatan kampus dan mungkin akan membuat tingkat stres yang melanda saya semakin tinggi. Registrasi maba, pra osjur, heregistrasi, SAT, student day GSSTF, pementasan monolog GSSTF, pendaftaran maba GSSTF, dan pendaftaran saya sebagai anggota baru LISES J.

Sulit sekali mencari celah yang dapat saya gunakan untuk bisa bernapas dengan leluasa. Semua bagaikan kontrak yang sudah saya setujui dan sekarang harus saya jalani. Rentetan kegiatan yang sangat MENJEMUKAN, tetapi lebih mengasyikkan daripada duduk manis berdiam diri di rumah selama dua bulan lamanya hanya untuk berleha-leha. Kembali ke topik awal, kemudian saya menolak dengan halus ajakan dari Dinar mengenai jarkom yang sudah dia berikan. Tidak ada respon balik dari dia. Esoknya, ada pesan singkat yang datang dari Budpi di ponsel saya. Dia ingin memastikan acara FOS yang sudah saya tolak pada hari sebelumnya. Saya pun mem-forward sms yang saya berikan kepada Dinar. Ternyata Budpi tidak menyerah. Segala rayuan dia keluarkan agar saya bisa membatalkan keputusan pembatalan keberangkatan FOS ke Pameungpeuk. Saya memang sangat luluh oleh rayuan; oleh karena itu, saya memikirkan ulang keputusan yang telah saya buat. Saya minta waktu sehari ke Budpi untuk memikirkannya. Seperempat hari berlalu, saya sudah mendapatkan jarkom kedua dari Dinar yang isinya adalah bahwa FOS telah positif akan pergi ke Pameungpeuk pada tanggal 8-9. OLOHOK, itu ekspresi saya selama beberapa detik ketika membaca pesan singkat itu. Olohok saya semakin menjadi ketika melihat invitation di Facebook tentang FOS goes to Pameungpeuk session 2. Then saya pun HOKCAY sewaktu di tag di sebuah foto yang juga merupakan forum FOS. Di foto tersebut, ada Dinar yang sedang bergaya di salah satu pantai di Pameungpeuk. HOKCAY saya bukan berarti saya menyukai objek foto tersebut, melainkan saya merasa sangat kaget akan apa yang telah mereka (panitia FOS) perbuat tanpa seijin saya. SAYA BELUM MEMBERIKAN KEPUTUSAN, PALS !

Sudahlah, nasi sudah mengerak. Saya pun menyetujui acara tersebut, dan ternyata keputusan saya di dukung oleh kampus. Registrasi maba di undur menjadi tanggal 12 Agustus. Saya bisa berlibur untuk beberapa saat di rumah sembari menunggu kedatangan mereka. hari Jumat malam, saya mengirimkan wall kepada Dinar untuk memastikan berapa orang yang akan ikut. FYI, selama liburan di Pameungpeuk, saya tidak mengaktifkan ponsel. Hal itu saya lakukan karena saya sering mendapatkan pesan singkat dan telepon dari teman-teman kampus dan teman-teman di penjuru Indonesia yang saya kenal. Telepon jarang terangkat, pesan singkat selalu telat di balas karena saya jarang memegang ponsel kalau sudah berada di rumah. Daripada berdosa dan merasa bersalah, lebih baik saya tidak mengaktifkan ponsel saya untuk sementara. Kembali ke topik lagi, Dinar membalas wall saya. Dia menulis, “jumlah peserta yang fix ikut ada 11 orang, kenapa hpnya nonaktif? Ok.” Saya dan keluarga bersiap menjamu tamu di hari esoknya.

FOS akan berangkat pada pukul 8 pagi dari Garut, perkiraannya mereka akan sampai pukul 11 siang nanti. Saya dan mamah menyiapkan segala sesuatu untuk tamu saya dari subuh. Setelah makanan dan cemilan sudah dipersiapkan, saya menunggu mereka sambil menonton TV. Merasa ada yang tidak beres, pukul setengah 12 saya menghubungi Dinar lewat telepon rumah. Dia bilang, ini lagi di jalan, tadi ada kendala. Saya pikir, mereka sedang berada di daerah Cikajang atau di Cisompet, maka saya melanjutkan acara nontonnya. Ternyata pemirsa, rombongan baru tiba di rumah saya pada pukul 3 sore dengan jumlah peserta hanya 8 orang (Dinar, Budpi, Tyar, Novi, Sly, Adul, Adhit, dan Gravito). Wew, spektakuler sekali. Mereka baru berangkat dari Garut pada pukul 12 siang. Setelah istirahat Shalat dan ngobrol, kami makan di dapur dengan hidangan yang sudah tidak panas lagi. Tapi tetap dengan rasa yang maknyus menurut saya mah.

Petualangan kami dimulai pada pukul 5 sore. Tujuan pertama adalah pantai Santolo. Disana, para lelaki perkasa tidak mau kalah dengan Budi; mereka bermain bola. Sesi foto-foto dan berkejaran di atas ombak dengan siluet senja yang menghangatkan badan (kehangatannya tidak berpengaruh pada Vito, dia diam di mobil karena kedinginan dan merasa pusing) membuat semuanya cukup bergembira. Tadinya kami akan berada di pantai sampai tengah malam. Saya sudah menyiapkan tikar untuk kami duduk di tepi pantai. Namun, rencana berubah. Atas saran Adhit, kami memutuskan untuk pergi ke gunung Gedher (Adhit lebih tahu seluk beluk Pameungpeuk daripada saya. :D ). Saya pikir kami akan mendaki gunung di malam hari. Tetapi saya salah besar. gunung Gedher adalah lokasi dimana terdapat sebuah pantai yang tidak tampak wujudnya (karena kami sampai ketika matahari sudah enggan menemani perjalanan kami dan bulan masih bersembunyi). Kami menggelar tikar di pesisir pantai, Adhit dan Adul mencari ranting-ranting dan membuat api unggun untuk menerangi kebersamaan kami di malam yang sunyi (halah!). Di tempat itu, kami bermain truth or dare, bercerita tentang ketidaksolidan FOS, curhat, buka-bukaan mengenai cinlok di kelas, berbagi cerita asmara, bernyanyi, dan banyak lagi. Rombongan kembali ke rumah pada pukul 9 malam. Dilanjutkan dengan acara makan, ngobrol dan ngebanyol. Suasana rumah mulai sepi pada pukul setengah 2 pagi.

Saya terlambat bangun pada hari minggu itu, pukul 05.50. Ketika menengok ke lantai bawah, teman-teman pria sedang duduk berkumpul. Saya melihat ke kamar samping, tyar dan novi sudah dalam keadaan siap. Dan saya masih mengumpulkan kesadaran. Pukul setengah 7, kami memutuskan untuk kembali ke santolo dan berenang disana. Seru sekali, semuanya basah (terkecuali saya karena saya yang menyimpan barang-barang berharga mereka di tas barbie warna biru cerah. Disamping itu saya mengancam mereka “yang berani menyeret saya ke ombak atau yang mengotori baju saya, tidak akan saya kasih makan!” mereka pun tidak berani. hahahaha). setelah puas bermain di pantai, pukul 10 kami pulang ke rumah dan membersihkan diri untuk acara selanjutnya.

Tempat tujuan berikutnya adalah Joglo. Itu merupakan tempat peristirahatan keluarga saya. Sebenarnya Joglo adalah nama jalan dimana saung kecil keluarga kami terletak. Mungkin saung ini sangat cocok untuk dikunjungi sebelum mereka pulang kembali ke Garut dan menempuh 3 jam perjalanan di pegunungan yang monoton pemandangannya. Mereka bisa santai sejenak di saung, tiduran di ruang terbuka, memancing, atau memasak dengan Hawu. Saya berpikir demikian ketika menyiapkan rundown acara untuk FOS ini. Setelah sampai di Joglo, kami berkumpul di dapur, menyiapkan hidangan yang sebelumnya telah disediakan oleh mamah. Sebelumnya, saya sempat memperkenalkan salah satu jenis seafood yang bernama Matalembu kepada mereka. saya mempraktekkan cara menghadapi Matalembu, bagaimana dia bisa dikonsumsi dan bagaimana menghilangkan bahaya dari racun yang ditimbulkannya. Saya pikir mereka tidak akan menyukai jenis makanan ini, maka itu saya hanya membeli sedikit Matalembu di Sayang Heulang setelah pulang dari Santolo. Tetapi mereka merespon positif jenis makanan baru yang masuk ke dalam mulut mereka hingga Matalembunya ludes tak bersisa. selanjutnya, kami mulai membakar ikan tongkol di atas hawu. Ada beberapa kendala yang membuat kami (para lelaki khususnya) harus lebih berusaha keras. Namun, segala kesulitan mampu kami hadapi dan selesaikan dengan tuntas dengan hasil yang cukup memuaskan pada waktu-waktu berikutnya.

Akhirnya kami menyantap makanan setelah perjuangan yang tidak mudah di siang itu. Makan bersama teman-teman di saung terbuka dinaungi hawa sejuk pesawahan merupakan suasana yang pasti sangat menyenangkan dan akan kita rindukan di masa depan. Kami makan lahaaaaaaaaaaap sekali. Sebuah acara kejutan dadakan untuk Dinar terjadi di Joglo. Seperti yang kita ketahui, Dinar berulang tahun pada tanggal 5 Agustus 2009 kemarin. Oleh karena itu, sebagai soulmate, Budpi merencanakan kejutan kecil untuk Dinar. Tak ada perlawanan yang berarti dari korban pada saat itu. Dengan sedikit pasrah, Dinar diarak ke balong dangkal dan dia diceburkan. Setelahnya, terjadi insiden balas dendam dimana ada moment kejar-kejaran antara korban dan para tersangka. Ada tersangka yang sulit ditangkap, ada pula tersangka yang terperangkap. Tidak puas melihat kondisi Dinar yang masih sehat, kami merencanakan kejutan kedua ketika Dinar sedang membersihkan diri di kamar mandi. Namun kejutan itu digagalkan oleh adik bungsu saya. Adik saya berbisik kepada Dinar “a, kade engke bade dijeburkeun deui ku rerencanganna di balong itu.” Ketika saya interogasi adik atas kelakuannya, dia hanya bilang “da karunya atuh!” dan kejutan kedua pun gagal.

Setelah acara makan dan santai dirasa cukup, kami kembali ke rumah karena mereka harus membereskan barang-barang sebelum pulang ke Garut. Rencananya mereka akan pulang ba’da ashar. Sekitar pukul 4 sore itu, mereka berpamitan pulang kepada orangtua saya. Dan tugas saya selesai sudah. Namun, selang beberapa menit setelah saya membereskan kamar, saya menemukan dompet budpi di dalam tas barbie. Segera saya mencari nomor kontak yang bisa saya hubungi. Budpi, Tyar, Dinar, semua nomor tidak ada yang nyambung. Lalu saya mencoba menghubungi Adhit. Adhit bilang bahwa mereka sedang putar balik untuk mengambil dompet Budpi tersebut. Budpi datang, mengambil dompet, dan pulang.

Saatnya evaluasi dari diri saya pribadi terhadap acara ini. Pertama, saya memiliki beberapa kekecewaan terhadap acara yang telah berlangsung kemarin; diantaranya tidak adanya konfirmasi kepada tuan rumah sebelum menyebarkan jarkom. Saya sedikit kelabakan dan bingung ketika menerima undangan. Bukan apa-apa, sebagai tuan rumah, saya harus punya persiapan yang matang untuk menyambut tamu disana. Sedangkan saya sedang berada ditengah beberapa kegiatan yang sulit ditinggalkan di tempat perantauan. Kekecewaan kedua adalah jumlah peserta yang datang ke rumah saya sangat minim sekali. Dari 12 orang yang katanya akan fix ikut, merosot menjadi 8 orang. Saya tidak ingin membicarakan loyalitas dan kekompakan teman-teman FOS karena saya sudah merasakan kurangnya sikap tersebut ketika saya masih bersekolah di SMA dan sekelas dengan kalian. Saya juga pasti lebih memilih tidak ikut serta dan menyelesaikan segala kepentingan saya di daerah perantauan kalau saya bukan tuan rumah. Setiap orang memiliki kesibukan dan kepentingan, kan. Apalagi kita sudah menjadi mahasiswa yang berpikiran dewasa dengan segala permasalahan yang kompleks dan rumit. Saya yakin, teman-teman pasti lebih mengutamakan untuk membereskan segala urusan di kampus agar bisa cepat-cepat lulus daripada terus bersenang-senang dan bersantai. Pacaran dan liburan tidak begitu penting daripada kesuksesan yang mungkin kita miliki kelak. Ah, sudahlah. Lupakan kalau saya pernah menulis kata-kata menjijikan barusan.

Secara keseluruhan, saya menyukai acara FOS goes to Pameungpeuk session 2. Acaranya lebih beragam. Untung adhit bisa ikut berpartisipasi sehingga saya bisa mengetahui kalau ada pantai di daerah gunung Gedher. Terima kasih atas partisipasi kalian semua, pals. Kita bisa saling cerita, berbagi, terbuka, dan bernostalgia bersama. Jangan kapok untuk datang kembali ke kampung halaman saya. Sampai jumpa di kumpulan FOS berikutnya. Insya Allah. *Ting ;) .

Selasa, 04 Agustus 2009

The Shortest Love Story I have Ever Had

Ok then, I wanna try to write something in my blog using english. With a good grammar hopely.

In my previous note, I told that I had fallen in love with someone at my theatre organization. He is my senior there. He has nothing special actually. In the other word, he is an ordinary person. Maybe I used my untruth feeling and I became ‘melankolis’ when I saw him working for my staging. Running from one side into the others. He was handsome and gorgeous in my eyes for that time only.

That’s why I am always thinking all about his nice and bad attitude (when I was staying beside him at sekre) every night after the staging until now, so that’s not strange if I miss him badly.

Yesterday, I visited sekre, the first visited time after my staging on last Friday. He was in upstairs when I arrived there. Dag dig dug, I feel soo nervous listening his ‘ehem’ voice. FOOL GIRL !

Then I went to Mang Endin Meatball with Arie for lunch. After eating my last meatball, I decided to go to sekre anymore. My friends sent me some texts that I must help them for cleaning sekre. Then I couldn’t reject their wish because of him ofcourse.

He was using ‘color biru’ with black jacket when I saw him in sekre. I felt he was in a bad condition. Yes, he had a bad cold. He wanted me to ‘memijit’ him in upstairs. And I did it after finishing my work. For the ‘imbalan’, he gave me a chocolate. But I forgot to bring it. Damn !

At 19.00ish, I sent him a text and he didn’t reply it. I known that he doesn’t have some ‘pulsa(s)’. I hope he can reply my text via facebook, but he didn’t do that too. Then I saw his account for a while. I saw he wrote something on izka’s wall. I also read their wall-to-wall. Suck, I found something which made my heart broken AGAIN. He likes her. That’s the conclusion that I have after reading their conversations.

I never judge all man have the same character, they like a perfect-beautiful girl. It depends everyman itself. I have ever felt that I could be someone who everyman like if I were a thin girl, and I have tried to be like that. But now I kow that all are bullshit. I fell better for being myself. My fat-funny-body is my beautiful ‘aset’. My parents said, “don’t think anything about a boyfriend now, because you are soo special and you should have the special boy one. Just the special one who could see the special thing inside your body and your heart. That is not because you are a rich girl and it is not because you are our lovely daughter. It is caused by yourself.”

So, my special feeling for him has gone in the 3rd day.

I need some dictionaries in my PC and my mobile too. All I have, everything has gone. Somebody, help me L

Sabtu, 01 Agustus 2009

How Come?

How to start it? it's too complicated and I really don't know how to start it.
Sebenarnya, saya tidak ingin mengakhiri ini semua. saya sudah mulai terbiasa dan sudah mulai menyukai mereka.
semua bermula dari paksaan untuk berperan dengan topeng-topeng yang sudah disediakan. saya pun berusaha mengikuti alur yang ada (walau dengan sangat terpaksa). Rasa lelah, jenuh dan penat benar-benar membuat saya harus berusaha lebih keras lagi.
Segala macam usaha saya coba untuk dapat menghilangkan kepenatan yang ada. Salah satunya adalah dengan berperan menjadi seorang gadis periang yang penuh dengan obsesi untuk mendapatkan orang yang dia sukai. Beberapa orang lelaki telah ada di list saya. saya merasa jauh lebih baik ketika peran saya juga ternyata membuat orang2 yang ikut dalam kegiatan tersebut jadi dipenuhi oleh tawa dan semangat.
hingga menjelang waktu-waktu puncak, saya dekat dengan seseorang. Kami sangat bertolak belakang bila ditinjau dari sifat masing-masing. Tapi jujur, saya sangat enjoy jika sudah becanda bersama dia.
Oh Tuhaaaaaaan !