tag:blogger.com,1999:blog-628889604705251992024-02-22T06:45:21.810-08:00Cerita Seorang PandirIni adalah pertama kalinya saya memasuki dunia blog. Semoga saya bisa memberikan informasi yang bermanfaat kepada semua orang yang bersedia membaca tulisan saya ini.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-53754365484451782392015-01-09T20:04:00.002-08:002015-01-09T20:04:48.669-08:00You and IPada akhirnya saya menemukan dia. Dia yang sebenarnya selau ada di sekitar lingkungan tempat tinggal saya. Dia yang setiap harinya selalu saya lihat sebagai pria biasa yang sama-sama bekerja meneruskan usaha keluarga. Dia yang pada awalnya saya pikir mustahil untuk bisa bersama.
Setiap cerita pasti memiliki permulaan. Mulanya kami tidak saling bertegur sapa, mulanya kami hanya bicara seperlunya. Hingga pada waktu yang telah tuhan tetapkan, dia mulai berani untuk memulai sebuah percakapan tidak biasa. Percakapan yang seterusnya mengarah kepada ajakan sebuah hubungan. Sampai akhirnya saya meng-iya-kan.
Semua mengalir natural. Saya akhirnya bisa menjadi diri saya sendiri ketika bersama dia. Setiap waktu yang kami lalui serasa direstui oleh yang kuasa, pembicaraan kami seakan tidak ada yang sia-sia. Obrolan yang dianggap terlalu berat untuk pasangan baru yang saling mengenal, sudah biasa kami utarakan di setiap pertemuan yang kami lakukan.
Keputusan-keputusan penting yang semestinya dibicarakan oleh pasangan yang sudah lama saling mengenal, telah kami bicarakan dan kami sepakati. Dia bertanya untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, dan secara spontan saya memilih bulan lahirnya untuk acara kami, Juli. Bulan yang sangat pas apabila kami kaitkan dengan tanggal-tanggal penting antara kami berdua. Maka ditetapkanlah ** Juli 2015 sebagai tanggal acara pelepasan masa lajang Widi Zakiyatin Nupus dan Heru Hernawan. Semoga tuhan selalu merestui dan menyertai setiap langkah yang kami ambil. I love you abadan, caroge ku sayang. Pals, just say amiin. Thank you. hehe
widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-39868794313786580482015-01-09T20:01:00.001-08:002015-01-09T20:01:33.635-08:00Hi, Buddy. Hai BadiMenulis kembali setelah sekian lama ‘tidur’ merupakan suatu tantangan besar. Rasa super malas, bahkan untuk membuka MS.Office, yang menyelimuti seluruh jiwa raga sanubari hati nurani dan sebagainya adalah tantangan pertama yang harus disingkirkan. Pengalaman menulis kembali ini sama halnya ketika saya mencoba menulis lembar pertama skripsi. Disamping materi yang tidak mudah, mengumpulkan niat menulis kata pertama dalam kertas kosong dalam layar itu susahya minta ampun. Satu jam pertama saya hanya bisa menatap nanar ke arah layar dan terus bertanya ‘oh God, what to do, what to do?!’ Satu jam selanjutnya saya mengalihkan pikiran dengan bersosialisasi dengan teman-teman senasib lewat Twitter (kami tidak berani melalui facebook karena kami berteman dengan hampir semua dosen yang menjadi bahan obrolan kami saat itu). Setelah puas bergosip, saya pun tertidur dengan meninggalkan kertas putih MS.Word.
Pilihan kata pertama dalam menulis sangat menentukan kelancaran serta bagus atau tidaknya tulisan yang kita buat. Terkadang dan juga seringnya saya hanya stuck di tiga kata pertama dan/ satu kalimat pertama and then I didn’t know what to do again. Hehehe
Untuk tulisan pertama setelah ‘tidur’ lama, saya berniat untuk membayar hutang kepada salah satu teman baik saya yang belum sempat kenal lama namun sudah harus terpisah jarak yang sangat jauh dikarenakan kepentingan masing-masing. Walaupun tidak terlalu sering bertemu, namun kami beserta 18 orang lainnya, untungnya, memiliki quality time yang tidak terlupakan selama sebulan di desa Kertasari. Jadi setidaknya masing-masing dari kami sedikit mengetahui bagaimana karakter baik dan buruk tiap individu selama berkegiatan di desa tersebut. Pals, meet my friend, Pengkuh Pribadi, also known as Badi. Benar, saya akan sedikit becerita tentangnya.
Seorang Badi yang saya kenal adalah sosok pria maskulin yang dari segi fisik tampak tegas, memiliki karisma dan faktor x yang membuat perempuan tertarik untuk mengenal lebih dekat pria bernama Badi ini. Pada awalnya saya pikir Badi tipe orang serius dan susah diajak becanda, namun semuanya keliru. Dia easy going, enak juga diajak ngobrol dan tidak pilih-pilih teman. Maka itu kami langsung akrab dan bisa berbicara tentang banyak hal dengan santai.
Pernah ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan tentang Badi. Pada suatu hari setelah kami melaksanakan program kerja di rumah pak Sekdes Kertasari, ketika kelompok kami hendak pulang, hujan turun dengan cukup deras. Tanpa pikir panjang, kami pulang dengan pelindung hujan seadanya, ada yang menggunakan jaket, ada juga yang bawa payung yang dipaksa untuk memuat banyak jiwa. Saya memilih untuk basah-basahan saja karena sudah terlanjur basah. Hahaha
Nah, pada saat itu Badi jalan disamping saya, lalu tanpa saya sadari, dia belok dan mampir ke warung. Saya pikir mungkin Badi mau beli makanan kecil buat cemilan dia di rumah. Tapi tak berapa lama, dia berlari kea rah saya dan menutupi kepala saya dengan kantong kresek yang dia bawa dari warung. Saya lupa persisnya dia bilang apa waktu dia nutupin kepala saya pake kresek itu, tapi yang jelas, saya tersentuh. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang.
Setelah KKN usai, saya pun kembali melihat sifat peduli antar teman dari sosok Badi. Ada beberapa teman saya yang dengan jelas menunjukkan sifat ogah untuk mengajak saya pergi bersama naik motornya (sudah jelas alasannya, jadi tidak perlu dipaparkan), tapi Badi dengan tangan terbuka langsung menawarkan diri untuk membawa saya menggunakan motornya.
Seandainya Badi tipe saya, saya tidak akan melepaskan dia untuk perempuan lain. Namun sayangnya kami hanya dicocokkan untuk menjadi teman baik saja. Dan saya beruntung bisa mengenal Pengkuh Pribadi. Meski sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tidak pernah berkomunikasi lagi, saya selalu mendoakan dari jauh, semoga Badi mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya. Semoga Badi juga mendapatkan pendamping yang mengerti dan saling mencintai satu sama lain. Serta tidak lupa, maafkan Widi soalnya tulisan tentang Badi sudah telat 3 tahun dari perkiraan awal. Hehe. Salam SOS bray.
widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-58992288898952026872011-12-23T03:41:00.000-08:002011-12-23T03:48:40.334-08:00IBU, KADU, DAN MANGUKemarin, tanggal 22 Desember 2011, adalah hari yang didedikasikan untuk para ibu di dunia. Pada hari ibu, hampir seluruh anak merayakannya dengan cara yang berbeda-beda dengan tujuan untuk membuat ibu mereka bahagia pada hari itu. Hanya sebagian saja yang menganggap hari ibu sama dengan hari-hari lainnya. Saya termasuk ke dalam kumpulan sebagian orang yang menganggap hari ibu biasa saja. Saya bukan tipe orang yang suka merayakan sesuatu, kecuali tentu saja saya masih merayakan hari raya islam (karena itu adalah tradisi). Lagi pula, untuk membahagiakan ibu atau orang lain, menurut saya, tidak perlu pada hari tertentu. Lebih baik apabila melakukannya setiap saat kita bisa, kan(?)<br /><br />Pada hari Kamis di hari ibu, saya melakukan aktivitas seperti biasa. Bangun pukul 05.00 WIB, sholat, mandi, sarapan, dan bekerja di Toko sampai pukul 16.30 WIB. Yang sedikit berbeda adalah sepulang kerja saya dan adik pergi jalan-jalan sambil membeli kadu (Durian) dan mangu (Manggis). Ketika membeli buah-buahan ini, naluri sastra menyimpang saya tiba-tiba saja muncul. Naluri ini sering sekali menemani ketika saya masih kuliah, dan saya senang, setelah sekian lama tak bersua, dia datang mengunjungi benak saya lagi, walau sekejap. <br /><br />Dalam benak saya (pada saat itu), sang naluri menganalogikan buah kadu dan mangu itu sebagai seorang ibu. Bagi saya, yang merupakan penggemar berat kedua buah-buahan tersebut, saya selalu menunggu datangnya musim kadu dan mangu. Seperti halnya saya selalu menunggu kedatangan ibu apabila ibu sedang bepergian. Selalu ada yang kurang ketika saya tidak bisa mengecap rasa kadu dan mangu, seperti halnya ketika saya tidak bisa mengecup ibu. Apabila saya membeli kadu dan menyimpannya di rumah, aroma khas buah tersebut memenuhi seluruh ruangan di rumah. Tidak ada seorang pun yang tidak bisa mencium aroma tersebut, kecuali orang yang sedang sakit flu atau yang mengalami gangguan indera penciuman. Sama seperti ibu. Kehadirannya di dalam rumah tidak pernah terabaikan. Ada aura khusus yang menyelimuti seluruh rumah yang dipancarkan oleh seorang ibu, sehingga kita merasa betah. <br /><br />Terakhir adalah mengenai kulit luar dari kadu dan mangu, jenis kulit yang berduri dan keras. Seperti halnya seorang ibu. Bukan, bukan jenis kulit yang sama tentunya. Seorang ibu, khususnya ibu saya, memiliki sikap yang tegas ketika mendidik anak-anaknya. Ibu juga sangat tegar dan kuat sehingga beliau mampu mengurus rumah tangga dengan sangat baik. Ibu selalu memberikan dorongan positif untuk ayah sehingga ayah selalu semangat bekerja demi keluarganya. Ibu yang menggunakan tameng sempurna untuk menutupi kelembutan (atau lebih tepatnya kerapuhan) yang ada di dalam hatinya agar keluarganya tidak ikut merasa rapuh dan lemah. <br /><br />Saya sangat menyukai kadu dan mangu, seperti halnya saya sangat mencintai mamah…ups!...ibu. Jadi, salah satu alasan saya tidak merayakan hari ibu adalah karena saya tidak memanggil orangtua perempuan saya ibu, melainkan mamah. hehehewidinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-61571554723094652902011-08-25T05:29:00.000-07:002011-08-25T05:30:08.388-07:00Sebut saja Lembar Persembahan (Bagian 2-tamat)Saya mempersembahkan ucapan terimakasih yang teramat banyak kepada orang-orang yang, secara langsung maupun tidak langsung, telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Repetisi dalam Penggambaran Gaya Hidup Hedonis dalam Tiga Novel Karya F. Scott Fitzgerald”; mereka adalah
<br />
<br />1.Mamah dan Bapak.
<br />
<br />2.Dosen-dosen Fakultas Sastra, khususnya bapak Ari J. Adipurwawidjana dan ibu Ida Farida serta para dosen pengutamaan sastra, yang sudah membagikan banyak ilmu dan pengalamanya.
<br />
<br />3.Ilham Mulah Putra yang bersusah payah membuat kartu anggota perpustakaan Maranatha agar bisa meminjam novel-novel Fitzgerald yang saya butuhkan untuk menulis skripsi. Cobain ngetik di dalam perpus kampusmu sendiri, am. Semoga TAnya cepat rampung dan selalu semangat di tempat kerjanya. ;)
<br />
<br />4.Mahesa Bagas Satya sebagai pembimbing ketiga yang selalu menyediakan waktu luang di sela-sela jadwal padatnya untuk berdiskusi, berbagi informasi, memasakkan kudapan enak, membantu membuatkan desain CD, membaca tulisan saya, dan tentu saja berhedon bersama sehingga saya bisa lulus sebulan setelah lulusnya sang legenda sastra. Sukses selalu, BagasSS! :D
<br />
<br />5.Christy Tisnawijaya, Arlin Widyastuti, Peni Desiana, Yolanda Priska S., Ceriya Mayasari, Dyah Apriastuti CHP, Ihsan Naufal, Zita Reyninta S. dan semua teman-teman pengutamaan sastra 2011 yang selalu bergotong royong serta saling menyemangati dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah, selalu siap sedia apabila diajak berbagi informasi dan pastinya berhedon juga. Lekas bereskan punya kalian, temans. Jangan lupa selalu teror Teguh Wijayanto agar dia bisa mulai mengetik dan pensiun jadi pejabat.
<br />
<br />6.Teman-teman kelas C 2007, Fathia Anggriani, Arie Bukhori, Risya Ayu, Miftahul Ilmi, Fifi K.J, Irfan Fahmi, Tika Febrianantya, Tia Lestari, Indra Maulana, dan lain-lain yang memberikan semangat dan motivasi untuk terus menulis.
<br />
<br />7. Alfin Tofler yang tanpa pamrih selalu membantu mencarikan data-data yang saya butuhkan untuk menulis; Aditya Eko, Adyasa P.Devindra, dan Etzioni I. yang tidak lelah membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya; Ajeng Chunduk yang sukarela memberikan sarana penyalur informasi penting bagi saya dan teman-teman; Selly Andrea dan Andra N. Oktaviani yang terus mengingatkan dan memberikan semangat untuk terus menulis; Miranti C. yang sangat membantu memperbaiki penampilan saya sebelum sidang, dan teman-teman senior lainnya yang memotivasi saya untuk bisa segera merampungkan kitab keramat. Terimakasih, kaka.
<br />
<br />8.Semua teman-teman yang meluangkan waktu untuk memberikan semangat dan selamat. Teman teman Sastra Inggris Angkatan 2007-2009, Pondok Roslina, PTS, GSSTF, KKN, FOS, dan semuanya, terimakasih banyak.
<br />
<br />Saya akan sangat merindukan dipanggil bubidan. :) Sukses selalu untuk semuanya.
<br />widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-8238920297214109412011-08-25T05:14:00.000-07:002011-08-25T05:15:34.434-07:00Sebut saja Lembar Persembahan (Bagian 1)Sebelum menyebutkan orang-orang yang memiliki peran besar sehingga saya bisa mendapatkan gelar Sarjana Sastra, saya mau sedikit berbagi informasi (atau mungkin bisa dibilang curhat).
<br />
<br />Sampai sekarang saya masih tidak menyangka bahwa saya bisa menyelesaikan studi di Sastra Inggris Universitas Padjadjaran tepat waktu. Alasannya hanya satu, karena saya adalah mahasiswa Sastra Inggris pengutamaan sastra. Dari mulai saya menjadi mahasiswa tingkat 1, sudah banyak ‘katanya’ yang saya dengar dari para senior di kampus. Salah satu ‘katanya’ yang paling tersohor di setiap angkatan adalah “Jangan pilih pengutamaan sastra, katanya dosen-dosennya suka ‘membantai’ terus mahasiswa-mahasiswa di pengutamaan sastra lulusnya lama.”
<br />
<br />Dari ‘katanya’ tersebut, saya (yang pada saat itu adalah seorang mahasiswa baru yang menganggap senior sebagai orang-orang yang lebih berpengalaman (dan keren (serta pintar))) tentu saja memercayai mereka dan mencap pengutamaan sastra sebagai hal yang menyeramkan. Pada saat itu saya beranggapan bahwa betapa hebat, berani, kuat, dan pintarnya senior-senior saya yang memutuskan untuk memilih pengutamaan sastra dan berhadapan dengan dosen-dosen yang suka membantai itu.
<br />
<br />Selama proses pembelajaran (dari semester 1 sampai semester 4), saya memutuskan untuk menjadi mahasiswa yang mencari aman dengan cara selalu berada di barisan suara terbanyak. Misalnya, kalau kebanyakan teman saya pilih A, maka saya pun turut memilih A. Akan tetapi, ketika memasuki semester 5, saya meragukan keputusan yang saya buat sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh metode belajar-mengajar yang jauh berbeda yang saya terima di beberapa mata kuliah yang saya ambil pada waktu itu. Di semester 5 dan semester 6, banyak sekali ujaran “Ooooohhh gituu!” dan “Oh iya, ya!” di beberapa mata kuliah tersebut.
<br />
<br />Singkat cerita, saya akhirnya berhadapan dengan semester 7. Memasuki tingkat 4, saya dan teman-teman wajib memilih pengutamaan. Pilihannya hanya ada dua, pengutamaan Sastra atau pengutamaan Linguistik. Saya pun memilih pengutamaan sastra. Sampai sekarang, saya tidak tahu alasan memilih pengutamaan ini. Apabila mengacu pada anggapan saya sebelumnya terhadap para senior yang masuk pengutamaan sastra, dapat dikatakan bahwa saya bukan orang hebat, saya sangat penakut, tentu saja saya juga tidak termasuk orang yang kuat, dan saya tidak pandai atau pintar (karena salah satu orang berpengaruh di kampus juga bilang “you are hardly intelligent”). Jadi, saya tidak punya bekal apa-apa ketika memilih pengutamaan sastra. Beberapa teman memilih pengutamaannya masing-masing dengan barbagai alasan, misalnya mereka ingin cari aman, karena ingin lulus cepat, atau karena tidak ingin bertemu lagi dengan dosen tertentu. Kalau saya, saya sekadar ingin memilihnya saja.
<br />
<br />Pada awalnya, saya merasa takut dan ingin sekali mundur karena saya tidak memiliki alat tempur apapun untuk menghadapi para dosen yang ‘katanya’ suka membantai. Namun, semakin sering masuk ke kelas sastra, saya menyadari bahwa banyak sekali hal yang belum saya ketahui dan juga banyak sekali hal penting yang saya abaikan di masa sebelumnya. Oleh sebab itu, makin banyak ujaran “Ooooohhh gitu!” dan “Oh iya, ya!” yang keluar. Mengenai masalah bantai-membantai, saya rasa maksud para senior dari ‘dosen-dosennya suka membantai’ di sini adalah para dosen pengutamaan sastra selalu memberikan banyak sekali bahan bacaan serta tugas membuat tulisan atau esai. Tidak ada soal pilihan ganda atau jawaban singkat di semua UTS dan UAS mata kuliah pengutamaan sastra. Di pengutamaan sastra, mahasiswanya dituntut untuk rajin membaca dan menulis kalau mereka ingin keluar hidup-hidup (atau keluar kelas dengan nilai memuaskan). Tidak baca + tidak menulis = mendapat nilai kecil.
<br />
<br />Saya sudah bicara terlalu banyak. Sebaiknya saya mulai menulis kesimpulan informasi (atau curhat) ini dan memulai menulis daftar orang-orang yang saya janjikan sebelumnya. Jadi, bagi siapa saja yang membaca tulisan ini (khususnya) teman-teman angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan seterusnya, kalian boleh saja mendengar ‘katanya’ yang sudah melegenda tersebut, tapi janganlah langsung memercayainya. Pertama, tanyakan dulu berapa IPK senior kalian yang menyebutkan ‘katanya’ tersebut, terus tanya juga apa pengutamaan yang dia ambil beserta alasannya dan jangan lupa, tanya juga dia angkatan berapa. Saya, yang juga merupakan senior angkatan 2007 lulus dengan IPK terakhir 3,10 dan mengambil pengutamaan sastra, ingin bilang bahwa ‘katanya’ tersebut tidak boleh kalian percayai. Selama belajar di kelas-kelas pengutamaan sastra, kami diajarkan untuk menjadi berani (mengeluarkan pendapat), kuat (menghadapi sepetan atau sindiran para dosen),dan rajin (membaca dan membuat tulisan), sehingga kalau sudah waktunya menghadapi dunia kerja, kita sudah memiliki senjata untuk melawan para pembantai yang sebenarnya. *agak lebai memang, tapi…sudahlah*
<br />
<br />Satu paragraf terakhir ya! Janji! Menurut saya, lulus cepat tidak tergantung pada pengutamaan yang dipilih atau kepintaran yang dimiliki, tetapi hanya tergantung pada sifat rajin saja. Rajin kuliah, rajin baca, rajin nulis, dan rajin bimbingan.
<br />widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-48495978882432033342011-08-25T04:55:00.000-07:002011-08-25T05:00:43.096-07:00kenapa ‘tin’ dan kenapa ‘pus’.Nama saya Widi Zakiyatin Nupus. Ketika saya menyebutkan nama lengkap, tidak sedikit orang yang bertanya tentang arti dari Nupus dan juga perubahan dari Zakiyatun menjadi Zakiyatin. Sebenarnya, saya mempunyai alasan tersendiri akan hal tersebut.
<br />Ketika lahir, kakek saya memberikan nama Zakiyatun Nufus. Kakek menulisnya menggunakan tulisan arab di secarik kertas. Nama tersebut berasal dari bahasa Arab, Zakiyatun memiliki arti bersih dan suci, sedangkan nufus berarti jiwa. Ayah saya memberikan nama Widi sebagai nama depan. Dalam bahasa Sunda, ada istilah ‘diwidian ku gusti’ yang berarti diridhoi oleh Tuhan. Maka Widi dapat diartikan sebagai Ridho. Jadi, nama lengkap saya yang sebenarnya adalah Widi Zakiyatun Nufus memiliki arti jiwa yang bersih, suci dan diridhoi.
<br />Saya adalah seorang anak yang sangat bahagia karena mendapatkan banyak kasih sayang dan perhatian dari orangtua dan dari orang-orang sekitar. Mamah pernah bilang, di mana pun saya singgah, saya akan mendapatkan banyak perhatian dan disukai oleh orang-orang yang berada di tempat yang saya singgahi. Dan hingga detik ini, perkataan mamah memang terbukti benar. Orang-orang baru yang saya temui, baik yang lebih tua, seusia, maupun yang lebih muda, selalu memberikan respon positif terhadap saya. Hal tersebut tentu saja memiliki penjelasan. Dari kecil, mamah selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap sopan dan bertutur kata halus kepada keluarga serta kepada setiap orang yang ditemui. Hal kecil semacam sapaan sopan ataupun hanya memberikan senyuman kepada orang lain yang baru ditemui akan memberikan kesan baik. Preman sekali pun akan segan untuk mengganggu kita apabila sikap kita sopan terhadap mereka.
<br />Akan tetapi, tidak semua orang menghargai sikap seperti itu. Di tulisan saya sebelumnya, saya sudah menerangkan bahwa saya dibesarkan oleh keluarga yang serba berkecukupan. Kondisi badan saya pada saat itu terbilang sehat dan bentuk tubuh saya ideal, namun saya dianggap gemuk karena saya bersekolah dasar di perkampungan yang mayoritas anak-anaknya serba hidup kekurangan. Banyak anak-anak yang sedang nongkrong di jalan yang mengejek saya sebagai gadis gemuk. (selengkapnya ada di widinupus.blogspot.com)
<br />Pada saat itu, acara Si Doel Anak Sekolahan merupakan acara TV yang sangat diminati oleh banyak orang. Di sana terdapat tokoh yang bernama Zaitun yang dipanggil Atun. Atun memiliki badan yang subur, dan tentu saja hal itu berdampak pada panggilan masyarakat terhadap orang-orang berbadan subur di lingkungan tempat tinggal mereka. Orang-orang yang berbadan subur diidentikan dengan tokoh Atun, dan saya termasuk ke dalam kategori tersebut. Setiap berjalan kaki, walau saya berusaha untuk bersikap seramah mungkin, selalu saja ada orang iseng yang mengejek saya gendut dan/ memanggil saya dengan sebutan Atun. Begitu pula dengan teman-teman jail yang sudah tahu nama lengkap saya dan menemukan kata Atun di ZakiyATUN, mereka otomatis juga memanggil saya demikian.
<br />Saya memiliki sifat sangat sensitif. Banyaknya ejekan dari orang-orang iseng tersebut membuat saya tumbuh menjadi gadis yang tidak percaya diri dan selalu memandang diri saya rendah. Panggilan Atun membuat saya tidak suka dengan nama saya sendiri karena Atun mengingatkan bahwa saya memiliki badan gemuk dan karena badan gemuk, saya menerima ejekan-ejekan tersebut dari orang-orang. Oleh sebab itu, saya meminta kepada pihak sekolah untuk mengubah Zakiyatun menjadi Zakiyatin di daftar hadir, daftar nilai dan bahkan ijazah saya.
<br />Mengenai perubahan Nufus menjadi Nupus dapat saya jelaskan secara singkat. Penjelasan pertama, perubahan huruf ‘f’ menjadi ‘p’ merupakan pengaruh kesundaan keluarga saya. Saya dan keluarga, yang berdomisili di Tasikmalaya dan juga Garut (tepatnya Pameungpeuk), adalah suku Sunda. Semua orang tahu bahwa Sunda sangat akrab dengan huruf ‘p’. Ketika hendak menyebutkan kata Nufus, orang sunda akan menyebut Nupus. Maka, terdapat beberapa kesalahan pengucapan yang kemudian menimbulkan kesalahan penulisan dari Nufus menjadi Nupus di surat-surat penting keluarga saya, termasuk akta lahir. Penjelasan kedua, kakek saya memberikan nama Nupus tersebut kepada setiap cucu perempuannya. Misalnya sepupu saya bernama Anissa Nur Fitri Yatin Nupus dan ada pula sepupu lain yang bernama Avina Nupus. Jadi, Nupus yang berasal dari kata Nufus menunjukkan bahwa saya adalah orang Sunda, dan Nupus merupakan sebuah identitas (atau bisa disebut sebagai marga) yang diberikan kepada cucu perempuan kakek saya.
<br />Kalau ada orang yang bertanya mengenai Zakiyatin atau Nupus lagi, saya berharap dapat menyodorkan tulisan ini tanpa harus menjelaskannya secara lisan.
<br />widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-78907281726607100082011-05-11T04:47:00.000-07:002011-05-11T04:59:57.196-07:00Saya Gemuk, dan Saya tidak MenyesalinyaSekali-kali, saya ingin meluapkan emosi yang terlalu lama disimpan dan saya abaikan. Sebenarnya saya malu membuat tulisan ini, tapi hanya dengan tulisan, saya bisa dengan lancar mengeluarkan segalanya.<br /><br />Saya terlahir dari keluarga yang sangat bahagia, dan (alhamdulillah) cukup berada. Hal ini dapat terlihat jelas dari kondisi fisik saya dan anggota keluarga lainnya. Ya, kami semua berbobot diatas rata-rata alias gemuk. Orangtua saya mendidik anak-anaknya untuk tidak boros berbelanja barang-barang yang nantinya akan rusak, dan kita pun tidak merasa puas dengan berang-barang tersebut. Mereka lebih mengarahkan anak-anaknya untuk memuaskan diri dengan makanan. Bapak saya pernah berkata “Kita kerja agar bisa makan, dan kita bisa hidup karena makan.” Oleh karena itu, anak-anak mamah dan bapak lebih puas belanja banyak makanan daripada pakaian, tas, atau sepatu. Bapak saya juga selalu mengajarkan untuk selalu bersikap rendah hati dan tidak membeda-bedakan teman. Kalau mendapat rezeki, bapak selalu mencontohkan bagaimana caranya berbagi dengan orang-orang yang kurang mampu. Salah satunya lewat makanan. <br /><br />Sebenarnya, sewaktu masih sekolah dasar, bobot tubuh saya terbilang ideal. Namun, karena saya bersekolah di lingkungan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, saya terbilang gemuk apabila dibandingkan dengan teman-teman sekolah saya yang lainnya. Saya sering terpuruk karena ejekan dari teman-teman saya di sekolah. Ejekan-ejekan tersebut tak berhenti saya terima dari SD sampai SMP hanya karena saya berbadan gemuk. Mungkin, kegemukan bagi mereka adalah semacam aib yang sangat memalukan. Sekali lagi, bapak dan mamah saya selalu membuat saya terus bertahan menerima ejekan-ejekan itu. Mereka mengajarkan saya agar terus ikhlas dan bersabar. <br /><br />Menginjak pendidikan SMA, saya berkelana ke Garut kota. Saya bersekolah di salah satu sekolah terbaik di wilayah Garut. Saya tinggal di rumah saudara selama setengah tahun. Akan tetapi, dikarenakan satu dan lain hal, saya meminta kepada orangtua untuk tidak lagi menyusahkan saudara saya tersebut dan lebih memilih hidup sendiri di sebuah kosan. Dari kehidupan kosan, saya mulai belajar mengatur kehidupan sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Saya pun mulai mengetahui bahwa saya sangat senang berada di dapur dan bereksperimen dengan bahan makanan yang ada. Sangat menyenangkan memiliki keluarga dan teman-teman baru yang bisa diajak untuk memasak bersama di akhir pekan, dan hasil masakannya kita makan bersama. Itu lebih indah daripada makan bersama saudara sendiri yang kita tidak tahu apakah dia ikhlas memasakkan makanan tersebut atau tidak. Kegemaran memasak saya sangat didukung oleh mamah dan bapak. Setiap pulang di musim liburan, selalu tersedia bahan makanan yang bisa saya olah di dapur. <br /><br />Orang gemuk identik dengan banyak makan. Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan itu. Justru menurut saya, gemuk tidak selalu berbanding lurus dengan pasokan makanan berat yang diterima perut mereka. Orang-orang selalu menghakimi secara sepihak tanpa memperhatikan sisi lainnya. Saya sendiri hingga sekarang masih makan sewajarnya, dua kali sehari dengan porsi wajar pula. Hanya saja, saya suka mengumpulkan cemilan. Disaat merasa tertekan baik oleh tugas kuliah atau masalah, saya melampiaskannya dengan makan cemilan. Cemilan tidak akan lupa saya cantumkan dalam daftar belanjaan bulanan. <br /><br />Latar belakang saya menulis tulisan ini adalah teman-teman dekat saya sendiri. Saya pikir, setelah menginjak dunia perkuliahan, saya tidak akan menerima ejekan-ejekan lagi. Kita sudah cukup dewasa untuk tidak menilai orang secara fisik. Tetapi, ejekan-ejekan itu masih tetap ada dengan ‘kemasan’ yang baru.<br />Ketika belanja bulanan bulan ini, ada seorang teman yang ingin turut serta. Teman saya kaget melihat belanjaan saya. Dia bilang “wid, kapan mau berubahnya kalau belanjaannya kayak gitu semua?” ada juga beberapa teman yang menyarankan banyak produk pelangsing untuk merubah saya menjadi apa yang MEREKA inginkan.<br /><br />Saya menikmati menjadi diri saya sekarang, saya tidak menyesali apa yang sudah tuhan berikan, dan saya tidak ingin merubahnya. Kenapa mereka yang repot-repot ingin merubah saya? Mereka malu berteman dengan saya? Lantas, kenapa mereka mau berteman kalau mereka malu? Berteman saja dengan orang-orang berbadan ideal. Selesai perkara. Mungkin saya pernah terhasut untuk menjadi apa yang MEREKA inginkan, tapi mamah saya terus-terusan mengingatkan, “ada masanya teteh berubah. Saat ini bukan masa yang tepat. Jadi, buat apa dipaksakan untuk berubah?” <br /><br />Intinya, silakan anggap saya orang asing kalau memang malu berteman dengan saya. Sekian.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-1232923472503525902011-04-21T22:48:00.000-07:002011-04-21T22:55:59.660-07:00Motto Hidup Bapak"Kita harus Bekerja keras agar hidup sejahtera, memiliki jiwa seni agar hidup indah, dan memiliki agama agar hidup terarah." -H.Jaka<br />Bapak adalah panutan saya. saya bangga menjadi putrinya. saya bangga memiliki bapak yang sangat pengertian, cerdas, dan sangat sayang pada keluarga. Walau kami tak banyak berbicara satu sama lain, bapak sudah mengungkapkan rasa sayangnya yang teramat besar lewat diamnya. <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHwlajTC2o0nIdd-R4Fdn0llkGU1948sSreTnozjIDxLOm4UHgSy9pO0FtdYJB0tSXeCbx32qAtfA_jBNAwWMJWxZoRd3AUqbYA38rpFEebRiNGUgeFW3UHGHzFDuLFKiwKy4-ZX0LEw/s1600/My+parents.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 259px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHwlajTC2o0nIdd-R4Fdn0llkGU1948sSreTnozjIDxLOm4UHgSy9pO0FtdYJB0tSXeCbx32qAtfA_jBNAwWMJWxZoRd3AUqbYA38rpFEebRiNGUgeFW3UHGHzFDuLFKiwKy4-ZX0LEw/s320/My+parents.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5598281515807519810" /></a>widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-11176042674405269042011-04-21T22:34:00.000-07:002011-04-21T22:47:16.762-07:00Saya Sudah Punya Judul Skripsi!Bagi saya dan sebagian teman-teman di kelas pengutamaan sastra, tanggal 20 April termasuk kedalam hari yang sakral. Pada hari itu, diadakan seminar usulan judul skripsi. Ya, Saya mahasiswa tingkat 4 yang mau tidak mau harus sudah mulai berkutat dengan kitab sakral yang bernama skripsi. :)<br />Dalam seminat tersebut, saya mendapat giliran sebagai penyaji keempat setelah Bagas, Ola, dan Ami. Suasana saat itu sungguh mencekam. ditambah, malam sebelumnya, saya merasa ragu dengan judul dan bahan yang sudah saya persiapkan jauh-jauh hari. <br />Singkat cerita, giliran saya presentasi. Saya menyampaikan semua yang sudah saya temukan di dalam karya-karya yang menjadi bahan analisis saya. Kemudian, setelah presentasi selesai, para(ge)dewa(duk)[panggilan untuk dosen-dosen sastra yang teramat pintar (berkata-kata)] mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan yang entah kenapa, pada saat itu saya tidak mengerti sepatah kata pun pertanyaan mereka. Untungnya, saya masih bisa menjawab walau seadanya.<br />Mereka pun memperbaiki judul yang sudah saya usulkan dikarenakan berbagai hal yang kurang signifikan. Setelah itu, mereka menyuruh saya untuk membacakan judul akhir. "bismillah, judul skripsi saya adalah Repetisi Dalam Penggambaran Gaya Hidup Hedonis Dalam Tiga Novel karya F.Scott Fitzgerald."<br />Setelah salah satu dosen mengetuk palu 3 kali sebagai tanda perstujuan, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai. Semangat, Widi! :Dwidinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-32585115847024679692011-03-11T03:21:00.000-08:002011-03-11T05:08:09.055-08:00Sunatan itu MENYEBALKAN!Well, actually sunatan does not suck at all. Sebenarnya saya nya aja yang takut melihat orang disunat. ehehhe. <br />Dari kecil, saya paling tidak bisa menghadiri undangan sunatan. Saya takut melihat anak cowok yang tidak memakai celana dan memamerkan alat vital yang berlumuran obat pereda sakit dan sebagainya. Entah dari mana ketakutan itu muncul. Sialnya pada saat itu saya memiliki adik yang cukup umur untuk bisa disunat. Kalian tahu? hari dimana acara sunatan adik saya benar-benar menyebalkan.<br /><br />waktu itu sekitar 13 tahun yang lalu, saya masih duduk di bangku kelas 3 SD. Mamah dan Bapak saya baru pulang dari Mekah, dan mereka memutuskan untuk mengadakan acara syukuran sekaligus sunatan adik saya yang bernama Reza. Kebahagiaan saya karena akan diadakannya pesta syukuran kepulangan mamah dan bapak pun musnah seketika. Saat itu juga, saya memutuskan untuk tidak mengikuti acara keluarga tersebut dan memilih untuk tetap pergi sekolah. Malam sebelum syukuran dimulai, dokter datang ke rumah untuk memermak alat vital Reza. Mungkin karena badan dia yang tambun, dokter jadi sulit untuk memotong bagian yang seharusnya dipotong. Reza menangis dan teriak-teriak ketika dokter terus berusaha untuk menyelesaikan tugasnya. Saat itu, saya sudah pindah kediaman. Saya tidur di dapur bersama salah satu saudara saya selama Reza belum bisa memakai celana. Di dapur, kami cemas ketika Reza teriak-teriak kesakitan karena obat bius yang diberikan dokter tidak bekerja. Saya melihat nenek turun ke dapur dan menangis tak tega. Beberapa waktu kemudian, akhirnya prosesi memermak pun selesai. <br /><br />Paginya saya berangkat ke sekolah. Alangkah senang bisa bermain bersama teman-teman disana daripada harus berlama-lama tinggal di dapur. Saya kaget ketika seorang guru memanggil saya ke kantor. Saya pikir, saya melakukan kesalahan, tapi ternyata, mereka hanya menanyakan alasan saya tetap pergi sekolah padahal di rumah sedang diadakan hajatan. Ternyata lagi, sekolahnya cuma setengah hari karena mereka akan menghadiri hajatan orangtua saya. Sampai rumah, suasana sangat riuh. Banyak tamu, banyak aneka jenis makanan yang terhidang, dan banyak pagar ayu. Disana, saya melihat sepupu yang didandani. dalam hati, saya berkata dengan dongkol, harusnya saya yang jadi pagar ayu utama pada hari itu. Saya tergiur untuk memakan semua jenis hidangan, tapi saya memilih untuk pergi ke dapur daripada nanti ketika saya berkeliling ke setiap tenda untuk memakan makanan disana, adik saya tiba-tiba jalan keluar, dan saya melihat dia dan alat vitalnya itu. <br /><br />Selama tiga hari, saya menginap di dapur. Saya tidak bisa leluasa berbuat apapun. Saya juga tidak bisa makan makanan hajatan sepuas yang saya mau. Saya hanya bisa memakan sisa makanan. How poor I was. Malam berikutnya, bapak datang ke dapur. Dia mungkin baru menyadari ketidakhadiran putrinya selama beberapa hari di ruang keluarga. Bapak mengajak saya pergi ke atas. Dia meminta saya untuk tidur di ruang TV sambil membujuk bahwa Reza tidak akan berjalan dan berada di ruang yang sama dengan saya. Saya pun akhirnya menurut, dan berani tidur di atas bersama bapak dan saudara lainnya. <br /><br />Dikarenakan ketakutan yang berlebih, saya menderita selama beberapa hari. Tentunya menderita lahir dan batin. hehhehe. Waktu bercerita sama mamah tentang peristiwa hajatan itu beberapa tahun berikutnya (tepatnya 2010), mamah baru menyadari bahwa saya tidak menjadi pagar ayu di hajatan tersebut dan tidak berada di ruang atas selama beberapa waktu. *jleb!widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-46852412510818544512011-03-11T00:42:00.000-08:002011-03-11T00:50:02.506-08:00Random StoryKlise dan monoton kalau misalnya kita membicarakan masalah hati dan cinta, tapi apa boleh buat, sebagai manusia yang punya hati (baca. perasaan), kita tidak bisa mengelak dari yang namanya cinta, meski cinta itu sendiri bersifat abstrak. <br />Marilah mulai menyimak cerita saya, karena mungkin, tulisan mengenai jatuh hati, cinta dan teman-temannya akan jarang bertengger di blog saya ini. yah, setidaknya setahun hanya ada satu atau dua cerita (padahal lebih). hehehe.<br />saya sudah kenal dan sering melihat sosok dia, kami saling kenal satu sama lain, saya yakin. Hanya antara kami, tidak ada yang mau mulai menyapa. Saya sendiri merasa sangat malu dan grogi kalau misalnya bertemu dengan dia. Jarak kami sebenarnya sangat memadai untuk bisa mengobrol tiap hari. Bahkan, banyak sekali hal dan orang yang menghubungkan kami, sehingga kami akan bisa sangat nyambung kalau mengobrol.<br />Sekarang, kami sudah bisa berkomunikasi meski tidak selancar yang diinginkan lewat dunia maya. Di dunia nyata, kami hanya bertegur sapa sekali. Akan tetapi, efeknya masih terasa sampai sekarang. Saya ingin selalu curi-curi pandang ke arahnya. Dia sungguh manis dan sopan. <br />Teman baiknya adalah teman baik saya juga. dia cerita banyak tentang sifat orang yang sedang saya senangi. dia bilang "he's the nicest person ever." katanya, orang yang belum kenal dengannya, akan mengasumsikan keakraban mereka seakan lelaki itu sedang melakukan pendekatan. Padahal memang sikapnyalah yang terlalu ramah. Ini mengingatkan saya pada teman dekat yang pernah saya sayangi. Saya pun sudah menyiapkan ancang-ancang untuk hal yang pernah saya alami sebelumnya. <br /><br />Well, saya rasa ini adalah tulisan yang paling sampah dan tidak penting yang pernah saya tulis. Apa boleh buat, saya butuh pelampiasan. Jadi, tulisan ini akan terpajang di blog ini sebagaimana mestinya. hahahha.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-46252222389704805522011-03-08T03:19:00.000-08:002011-03-08T03:50:48.584-08:00Bertahan tanpa FacebookAwal bulan Maret, saya membuat sedikit perubahan mengenai pola pemanfaatan waktu. Selama berkuliah di Universitas Padjadjaran, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, saya mencatat sedikit sekali waktu yang benar-benar saya gunakan untuk hal yang bermanfaat. Menginjak usia yang ke-22, saya mencoba untuk mengumpulkan berbagai macam penyebab yang membuat waktu saya terbuang percuma. <br /><br />Setelah ditelusuri, penyebab yang paling besar yang saya punya adalah akun facebook saya sendiri. Ketika masih agak asing dengan dunia maya, saya masih bisa fokus terhadap apa yang saya kerjakan dan juga banyak melakukan hal yang bermanfaat. Di tahun ketiga saya berkuliah dan menetap di Jatinangor, saya mencoba untuk mengenal lebih dekat dunia maya, saya memasang koneksi internet di kostan yang sekarang. Hasilnya, kami teramat sangat akrab sehingga tidak bisa berpisah jauh dalam jangka waktu beberapa jam. Kerjaan saya hanya duduk di depan layar Laptop, bermain games di Facebook, melihat-lihat akun teman-teman, dan juga foto-foto mereka. Jadwal belajar, mengerjakan tugas, dan membereskan kamar pun jadi kacau. Ditambah lagi dengan tumbuhnya penyakit hati melihat kebahagiaan orang lain. Timbul rasa iri dan cemburu yang membuat saya tersiksa. <br /><br />Saya pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan sejenak jejaring sosial Facebook, membandingkan kehidupan saya ketika masih akrab dan sudah berpisah dengannya. Hasil yang saya rasakan setelah 8 hari berpisah adalah cukup memuaskan, saya bisa mengerjakan tugas baca tanpa hambatan, membereskan kamar dengan teratur, dan membuat 2 tulisan baru di Blog saya, salah satunya tulisan ini. :)widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-72267565427222259872011-03-08T02:20:00.000-08:002011-03-08T03:05:52.781-08:00Dia Menelanjangi Saya Diam-DiamItu terjadi pada tanggal 07 Maret kemarin, ketika kami merencanakan pertemuan yang tidak biasa kami lakukan di waktu dulu. Awalnya, saya menikmati kebersamaan kami, becanda, tertawa, dan adakalanya serius sambil tak lupa menikmati makanan kecil yang tersedia. Jarang sekali kami melakukan hal yang berbeda seperti ini. Biasanya kami tidak memedulikan hal serumit ini, kami selalu membiarkannya berlalu seperti itu, tanpa diperhatikan lebih lanjut. Pertemuan ini sungguh mengubah pandangan kami. <br /><br />Hingga beberapa waktu berselang, dia meminta ijin untuk memasuki kamar saya. Saya tidak berpikir akan terjadi hal seperti ini, dikarenakan kelakuannya yang saya kenal selama ini tidak memiliki cacat yang cukup signifikan. Saya tidak menyangka dia berani berbuat hal yang serendah itu. Kekesalan mulai menjalar, namun dia seolah tak peduli dan menikmati apa yang dia lakukan. Saya hanya bisa pasrah sampai dia sadar dan meminta maaf setulus hati serta menyadari kesalahan yang telah dia perbuat. <br /><br />Di satu perkuliahan, dosen saya pernah berkata, harga diri kalian bukan hanya menempel di badan, tetapi juga menempel di barang-barang yang kalian miliki. Sebagai contoh, ketika sedang ujian, ada teman yang mencontek pekerjaan kita, secara tidak langsung dia sudah menelanjangi diri kita. Seolah-olah melihat badan yang dengan hati-hati kita sembunyikan. Harga diri kita akan semakin tidak bernilai ketika kita membiarkannya dengan leluasa menelusuri tiap isi yang ada didalamnya. <br /><br />Pada awalnya, saya tidak memedulikan hal tersebut. Alasannya adalah karena kebersamaan jauh lebih penting daripada nilai. Pemikiran yang teramat sangat naif pada masa itu. Kejadian hari Senin itu telah merubah cara pemikiran dan pandangan saya akan betapa pentingnya menjaga diri sendiri dan memiliki sifat individualis (pada waktu tertentu) daripada mementingkan orang lain yang belum tentu dia menghargai kita. Ketika melihat teman saya membuka semua folder dan mengambil beberapa file dari laptop saya tanpa meminta ijin, saya merasakan seolah-olah ditelanjangi habis-habisan. Dia menjelajahi semua privasi yang saya miliki. Kegiatan diskusi yang menyenangkan pun berakhir oleh perasaan yang benar-benar membuat sisa hari saya seperti berada di tempat yang paling buruk sedunia. Beginikah rasanya ditelanjangi oleh orang yang tidak kita harapkan?widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-41260999938866342692011-02-09T06:22:00.000-08:002011-02-09T06:31:13.808-08:00Menyatu bukan berarti ...menyatu dengan tanah bukan berarti terkurung didalamnya;<br />menyatu dengan angin bukan berarti terbawa hembusannya; <br />menyatu dengan air bukan berarti tenggelam selamanya;<br />menyatu dengan tumbuhan bukan berarti ikut terdiam dengan <br />akar/kaki yang tertancap di tanah, meski dihempas badai, diterjang banjir, atau dilahap api. <br /><br />-Widi Z.N.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-32907629028335531902011-02-08T07:33:00.000-08:002011-02-09T06:32:38.932-08:00Lee Seung Gi and "My Girlfriend is a Gumiho"the awesome korean drama ever. this is the second korean drama which I love. Yeah. fullhouse is the first. Ini juga yang menjadi pemicu pertengkaran kecil mamah dan putrinya. :(<br />By the way, Lee Seung Gi, my fav korea-actor plays nice. His gumiho also. <br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyE1uvOq3V62Eq7xPjFjOD14w2c1XUUOFsvY3V-fHMrtom3JyTNZhNB567eBY4qcUvNT0GcWMn9JSRBQuw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe>widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-74718437423649411002011-02-08T07:06:00.000-08:002011-02-08T07:12:52.236-08:00Like Mother Like DaughterSemester 7, yang menurut senior-senior saya di kampus adalah semester yang paling menakutkan dan merupakan mimpi buruk, telah saya lewati. Alhamdulillah saya masih selamat dan masih ada sisa semangat untuk menghadapi akhir semester di masa perkuliahan saya. Awal bulan Januari saya sudah bisa berlibur di rumah. Liburan yang cukup lama. Satu bulan.<br /><br />Well, sebenarnya saya waswas menghadapi liburan selama itu. Jika saya terlalu lama berada di rumah, selalu saja ada konflik yang terjadi antara saya dan anggota keluarga lainnya, terutama dengan mamah. Kami, ibu dan anak perempuan satu-satunya, memang teramat sangat akrab. Saya tidak segan-segan memeluk atau mencium atau bahkan memegang payudara mamah ketika kami berpapasan. Mamah adalah teman curhat yang paling mengerti kondisi dan keadaan saya. Segala macam unek-unek yang saya pendam, selalu saya tumpahkan ke mamah. Kami saling berbagi cerita dan pengalaman sambil berpelukan, atau sambil saya memijat/menggaruk punggung/melulur badan mamah. <br /><br />Perbedaan saya dan mamah yang paling tampak adalah dari segi kerajinan. Kalau saya sudah berada di rumah, saya layaknya seorang putri raja yang (di mata mamah) tidak pernah menyapu, mencuci, dan melakukan apapun. Kerjaan saya hanya makan, tidur, dan nonton TV. Itulah yang selalu menjadi pemicu konflik antara saya dan mamah kalau saya terlalu lama berada di rumah. Mamah selalu membandingkan saya dan dirinya. Serajin apapun kerjaan yang saya lakukan, selalu saja terasa kurang di mata mamah. Memang, saya tidak serajin mamah, di mata mamah, saya adalah seorang pemalas akut. Terkadang saya ingin bilang kalau saya dikenal paling rajin di kosan, bahkan ketika saya KKN. Saya hampir tidak pernah mencuci ke laundry kecuali untuk mencuci handuk, bedcover atau mukena, saya selalu membereskan kamar pagi-pagi. Menyapu, menghilangkan debu-debu, dan menata barang-barang agar terlihat rapi. Tapi semuanya percuma, karena saya dibandingkan sama mamah yang memang tidak pernah bisa duduk tenang kalau masih melihat tempat berantakan/kotor. <br /><br />Cara kami kalau sedang berselisih adalah saling diam. Kami berdua sama-sama keras kepala. Harus ada orang yang menjadi pembuka obrolan. Baik itu mamah atau saya. Gengsi saya sangat tinggi, saya akan bertahan selama mungkin sampai akhirnya mamahlah yang selalu mengalah. Setelah 2-3 hari kita saling diam, mamah selalu membuka obrolan lebih dulu. Suasana antara kami kembali hangat. <br />Konflik terjadi ketika mendekati akhir liburan, tepatnya tanggal 3 Februari 2011. Sore itu kami sekeluarga akan pergi ke Joglo, dan biasanya kami berada disana sampai pukul 22.00 WIB. Pada hari itu, saya keasyikkan nonton drama korea. Saya selalu packing pada malam hari (sebelum keberangkatan besok subuh) setelah shalat maghrib, namun saya lupa kalau hari itu kami akan pergi ke Joglo. Akhirnya saya bilang ke mamah, “mah, jangan terlalu malam pulangnya, teteh belum beres-beres buat kembali ke Jatinangor.” Mungkin mood mamah sedang jelek karena capek beberes dan bantu bapak di toko, dengan sedikit menyentak, mamah menjawab “teteh ngapain aja dari tadi? Mamah mah tinggal santai, semua kerjaan mamah, termasuk menyiapkan keperluan teteh udah beres. Ini cuma masukin baju ke tas aja belum dikerjain.” Yah, saya pergi ke kamar, dan lanjut nonton drama korea, tanpa memedulikan panggilan mamah yang akan berangkat ke Joglo. <br /><br />Hingga keberangkatan. Saya tidak bicara sama sekali. Saya hanya pamitan, memberi ciuman dengan dingin dan langsung pergi. Saya tidak mengabarkan mamah ketika sudah sampai di kosan, dan sampai saat ini, tanggal 8 Februari 2011, saya tidak pernah menghubungi atau dihubungi mamah. Padahal kami selalu mengobrol minimal setengah jam setiap dua hari sekali. Mungkin bagi anda yang membaca tulisan ini berpendapat saya yang salah. Memang, saya salah. Ego saya terlalu tinggi, dan saya tersiksa kerena itu. Saya selalu menangis tanpa sebab kalau ingat pertengkaran kami. Saya sayang sekali sama mamah, tapi saya terlalu sensitif dan gampang tersinggung kalau mamah sudah membandingkan tingkat kerajinan kami berdua. Mungkin sekarang mamah sudah menunggu isyarat saya agar mamah bisa menghubungi putrinya. Adik saya selalu sms setiap malam, seakan dia disuruh oleh mamah. <br /><br />Speechless, SAYA KANGEN SAMA MAMAH!<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-6bevpgaHP2c-PX9_SGgJ6ubiuxQ44uALPiabQVj1SFK_T5aRwkp6nq92UGpbswb9g5WuICGjqG8D8r4CCuG0OaXNuCnjGHBisBooREJzq3EbYRnNevmIfi3sibYynC92cgNvM_GwVg/s1600/Mom%252Cfadl%252Cmizz+u.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-6bevpgaHP2c-PX9_SGgJ6ubiuxQ44uALPiabQVj1SFK_T5aRwkp6nq92UGpbswb9g5WuICGjqG8D8r4CCuG0OaXNuCnjGHBisBooREJzq3EbYRnNevmIfi3sibYynC92cgNvM_GwVg/s320/Mom%252Cfadl%252Cmizz+u.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5571335828687305794" /></a><br />foto mamah sama fa'iwidinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-17993736822990789522011-01-02T23:45:00.000-08:002011-01-03T00:03:43.239-08:00Batal jadi Pagar AyuKakak teman dekat saya akan melangsungkan pernikahan pada tanggal 26 Desember 2010, dan teman saya tersebut meminta secara langsung agar saya bisa ikut berpartisipasi dalam pesta itu sebagai pagar ayu. Kebetulan dari tanggal 20 saya sudah berada di rumah dan saya tidak memiliki kesibukan yang berarti pada saat itu. Dua Hari sebelum pesta pernikahan berlangsung, saya berkunjung ke rumah yang punya hajat. Kebetulan saya dan keluarga ini memiliki tali persaudaraan, walau agak sulit untuk menguraikan tali tersebut. :)<br />Ketika kami sedang fitting baju, saya sudah merasa bahwa tidak ada baju yang sesuai dengan kondisi tubuh saya. Dikarenakan liburan yang cukup panjang, tidak ada kerjaan yang berarti yang dapat saya lakukan selain masak, makan, nyanyi, baca, dan tidur. otomatis badan saya semakin melar. Bagaimanapun juga, saya berusaha untuk tampil sebaik dan secantik mungkin di pesta pernikahan teh Isa. Kebaya andalan kembali saya gunakan agar terlihat lebih kemayu. <br />inilah beberapa momen yang dapat saya abadikan di pesta tersebut. <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZL7BuSA3OngaKZOmBb5Et5ZNhWiwI3HT_luBW2-8DPoXWXgPl9lwIzcvJUvBrgSMF2-iTbUU5M2qxTaaATFjuyca5sv975ZHmvLYc9ZwV-WkZTRUwLR9higcwBtpdRrrz3OvJlzcqQw/s1600/Uid441.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZL7BuSA3OngaKZOmBb5Et5ZNhWiwI3HT_luBW2-8DPoXWXgPl9lwIzcvJUvBrgSMF2-iTbUU5M2qxTaaATFjuyca5sv975ZHmvLYc9ZwV-WkZTRUwLR9higcwBtpdRrrz3OvJlzcqQw/s320/Uid441.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5557865739696830898" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3AlKaZ_BkHlPYkstf5xwIVmwQIz4NCjUcetw0sSlhU_f03Uu5w-sZOay5U_A7ueEIsT2V1MFVY3PHiKuyuUcYlgCCrW-uqqmlAbwFpiNNBlBFdBwjIcMFx5lDF-oh0UAhNgEVkLHQ4Q/s1600/Uid443.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3AlKaZ_BkHlPYkstf5xwIVmwQIz4NCjUcetw0sSlhU_f03Uu5w-sZOay5U_A7ueEIsT2V1MFVY3PHiKuyuUcYlgCCrW-uqqmlAbwFpiNNBlBFdBwjIcMFx5lDF-oh0UAhNgEVkLHQ4Q/s320/Uid443.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5557865985630384514" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpnn3KeCB8-eeY4PiVDj06lTeQnHUDbI_XKCUDxnxZok4bG5AOaS_UShn8AAxK2fcwhRg2xZg35WhcZ6LeGT8-HicfVZStGhxl5QAM7a9s_sJy9WmfLnHyI_G_nzQ-00ENMayeI3OIDQ/s1600/Foto+5795.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpnn3KeCB8-eeY4PiVDj06lTeQnHUDbI_XKCUDxnxZok4bG5AOaS_UShn8AAxK2fcwhRg2xZg35WhcZ6LeGT8-HicfVZStGhxl5QAM7a9s_sJy9WmfLnHyI_G_nzQ-00ENMayeI3OIDQ/s320/Foto+5795.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5557866279595187202" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhUf3GibWJ4Si1NCDwjOFFCgSD_qAMwfs33CTwc7Zj5sThhFUd36lvnw_OMExBRG5QW3uu7V90IIfT9v2XbMTpwdBRrjQiuGLMq_ybm3JAZKHFlcKSpPEkyO6aJdUXoDbND66fiPZVQ/s1600/Uid439.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhUf3GibWJ4Si1NCDwjOFFCgSD_qAMwfs33CTwc7Zj5sThhFUd36lvnw_OMExBRG5QW3uu7V90IIfT9v2XbMTpwdBRrjQiuGLMq_ybm3JAZKHFlcKSpPEkyO6aJdUXoDbND66fiPZVQ/s320/Uid439.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5557866677589631378" /></a><br /><br />Disana, saya bertemu dengan beberapa teman baik saya ketika kami duduk di bangku SMP. ada pula guru bahasa Inggris favorit saya, serta guru-guru lainnya. wajar, orangtua yang pihak perempuan adalah seorang guru. What a life.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-990326229151496102011-01-02T23:42:00.000-08:002011-01-02T23:44:10.109-08:00Surat untuk Sahabat PenaSenin, 03 Januari 2011: 01.38 WIB<br /><br />Ketika kamu sedang terlena di alam mimpi, aku justru tak bisa memejamkan mata malam ini. Daripada aku menghabiskan waktu percuma, aku memilih untuk memberanikan diri menulis surat ini untuk kamu. <br /><br />Sedikit bernostalgia, kita saling kenal secara tidak langsung ketika kita sama-sama duduk di bangku SMP. Kamu yang dikenal sebagai siswa yang pintar, aktif, cerdas, dan dikagumi oleh beberapa teman perempuanmu. Sedangkan aku waktu itu hanya menjadi seorang siswi aktif yang cuma jago kandang. Kelas 2, kita dipertemukan di salah satu kelas favorit, dan hubungan kita jauh lebih akrab daripada sebelumnya. Banyak sekali kejadian yang membuat tawa kita lepas setiap harinya. Aku ingat, waktu itu semua orang seumuran kita sedang tergila-gila dengan sosok F4 yang pada saat itu tengah menjadi idola. Tapi, apa kamu tahu kalau kamu dan ketiga temanmu adalah orang-orang yang lebih aku idolakan dari F4. Aku tidak munafik, waktu itu aku juga membeli kaset asli F4, tapi aku lebih senang mendengarkan celotehan kalian daripada memutar lagu-lagu mereka. Menginjak kelas 3, kita tidak lagi sekelas. Hal itu membuat kita jarang bercanda dan berkomunikasi. Mungkin kita hanya bertegur sapa ketika kamu meminjam LKS aku untuk dicontek. Dari kebiasaan itu, aku berinisiatif untuk menaruh beberapa lembar kertas kecil yang aku isi dengan curhatanku di dalam plastik sampul LKS yang selalu kamu pinjam. Aku berharap, kamu membaca keluh kesahku. Tidak disangka, aku menemukan beberapa kertas asing dalam LKS itu keesokan harinya. Senang sekali karena kamu membalas semua curhatanku. Komunikasi kita terus berlanjut melalui kertas yang diselipkan di LKS. Setiap hari ada saja cerita berbeda yang kita utarakan, sehingga aku bisa mengenalmu lebih jauh. Kegiatan tersebut berakhir ketika kamu menjalin hubungan dengan teman sekelasmu. Entah kenapa, aku sangat kecewa. Tetapi aku hanya bisa pasrah saat itu. <br /><br />Setelah lulus SMP, aku melanjutkan sekolahku di daerah yang cukup jauh dari rumah dan tentu saja jauh dari kamu juga. Aku perlahan-lahan mencoba melupakan keintiman kita menjadi sahabat pena. Hingga suatu hari di pertengahan semester 2 kamu menghubungiku kembali. Aku tahu kabar perpisahanmu dengan perempuan itu beberapa hari setelah kita menjalin komunikasi. Aku lega, dan mulai berharap aku bisa jadi pengganti dia. Hampir dua tahun kita menjalin hubungan tanpa status. Walau tidak menggunakan media kertas, kita bisa lebih sering berinteraksi melalui telepon genggam. Kamu tidak juga meresmikan hubungan kita. Kamu malah bercerita tentang keseruan teman-teman kelasmu disana, termasuk kegilaan S, teman perempuanmu yang aku kenal yang kadang kamu ceritakan kegilaan-kegilaan yang kalian lakukan. Aku mulai merasa tidak enak hati. Firasatku berbisik, peristiwa dulu akan terulang lagi. Tidak lama setelah aku berpikir begitu, hal itu terbukti. Setelah aku coba pancing, akhirnya kamu mengaku bahwa kamu telah berpacaran dengan S. Aku hanya bisa pasrah (kembali). Dan agar kamu tidak merasa kasihan, aku mengaku bahwa aku juga sudah punya pacar. Di tempatku bersekolah, aku punya teman pria, dia sangat baik, tapi aku mengecewakannya ketika aku menolak ajakannya untuk berpacaran hanya karena aku optimis bahwa kamu akan meminta aku jadi pacar kamu. Akhirnya, aku minta temanku itu untuk berpura-pura menjadi pacarku. Karena kebaikannya, dia bersedia. Kita pun akhirnya saling bercerita tentang pacar masing-masing.<br /><br />Kamu pernah bilang bahwa aku adalah seorang perempuan yang polos, pemalu, dan tidak bisa marah. Ya, itu benar. Walaupun aku berusaha untuk menganggap hubungan kamu dan S adalah kebahagiaan bagi sahabat penamu ini, tapi aku tetap sakit hati. Apalagi ketika kamu meminta aku untuk memilihkan hadiah ulangtahun untuk pacarmu. Aku ingin marah sebenarnya, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Karena aku terlanjur luluh dan diperbudak oleh persahabatan kita. Saat itu aku hanya yakin bahwa karma itu ada. <br /><br />Di awal perkuliahan, aku benar-benar sudah lupa akan kenangan kita. Aku punya dunia baru yang bisa menghiburku dari keterpurukan. Setelah aku mulai menikmati hari tanpamu, kamu datang kembali, membuka luka lama. Aku mendengar bahwa kamu telah dikhianati, S meninggalkanmu dengan pria lain di kampusnya. Aku sudah terlanjur kecewa dan tidak ingin merasakan sakit untuk ketiga kalinya. Oleh karena itu aku memutuskan untuk mengakhiri persahabatan kita pada waktu itu. Kita hanya teman biasa sekarang. <br /><br />Mungkin setelah membaca surat ini, kamu bisa merasakan kemarahanku yang selama ini kamu penasaran ingin melihatnya. Kamu pasti tahu bahwa aku tidak tega walau untuk kesal dan cemberut sama kamu. <br /><br />Terima kasih karena kamu pernah menjadi Sahabat penaku, sekaligus cinta pertamaku. <br /><br />Your ex-penpal,<br /><br /><br />Widi Zakiyatin Nupus<br /><br />P.S.: aku sudah membuang kaset F4 yang aku punya, begitu pula kertas-kertas dan kenangan kita.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-41270235968493464372010-11-22T03:43:00.000-08:002010-11-22T16:49:27.617-08:00Rumahku, Keluargaku, SurgakuSetelah 2 bulan merasakan 'penyiksaan' yang selalu saya coba untuk menikmatinya, akhirnya saya pulang ke rumah, tempat tinggal yang paling nyaman, tenang dan indah. zona yang paling nyaman yang saya miliki. 9 hari disana cukup membuat saya lebih tenang, walau kerjaan saya hanya diam di rumah, bersih-bersih sebisanya, dan ngobrol serta bermain bersama keluarga. <br />Saya merupakan tipe orang yang tidak suka keluyuran, rumah keluarga saya sungguh terlalu sayang apabila harus terus ditinggalkan. Kenyamanan yang tiada tara yang dimiliki oleh rumah saya, belum ada yang bisa menandinginya.<br />kemarin saya rutin pergi ke villa keluarga yang kami sebut Joglo. Joglo ini bukan rumah adat, kami menyebutnya Joglo karena villa tersebut dibangun di daerah Joglo, Pameungpeuk-Garut. <br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAcPp4gPUocWnoqW4fZ5TntfC7CljLcdutkxxI2wiXbhUati_PwWencQH6OH4sYNvBy_mOxp0H_diPxjaWApY0NkTLT4l6rerjadzKBCoDBbaVCNDsc_PzDYlG8tjH0TfnTdtVU4JtGg/s1600/Uid420.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAcPp4gPUocWnoqW4fZ5TntfC7CljLcdutkxxI2wiXbhUati_PwWencQH6OH4sYNvBy_mOxp0H_diPxjaWApY0NkTLT4l6rerjadzKBCoDBbaVCNDsc_PzDYlG8tjH0TfnTdtVU4JtGg/s320/Uid420.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5542340798331655650" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK2IgfbKfwL0fb3bcXaUZ_CojcTCmdTPo0O1VeOFidqr3ZIzn9RblaiDW2rMt5p7tUIRkKUW3QmQG09lZ2_F16nylSsd7n41_YM7ExLmczFPysx9PoVy7zFOsSkYyHr4Pq18f1i4v_oQ/s1600/Uid418.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK2IgfbKfwL0fb3bcXaUZ_CojcTCmdTPo0O1VeOFidqr3ZIzn9RblaiDW2rMt5p7tUIRkKUW3QmQG09lZ2_F16nylSsd7n41_YM7ExLmczFPysx9PoVy7zFOsSkYyHr4Pq18f1i4v_oQ/s320/Uid418.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5542537450087266034" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1qjO-zj5a0Zgf5ECC66rzAxL4c3-MM0UTCuMqZfi35WaY27bmeYvtG9DYG6nh4uFAgHWNJSQ_rsQbA4FPwt6pwlbvbu-HWKIMnWZlbyqtaYauIIZ3yrCJU7evFQY5FdHpxMaUpcqiCw/s1600/Uid422.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1qjO-zj5a0Zgf5ECC66rzAxL4c3-MM0UTCuMqZfi35WaY27bmeYvtG9DYG6nh4uFAgHWNJSQ_rsQbA4FPwt6pwlbvbu-HWKIMnWZlbyqtaYauIIZ3yrCJU7evFQY5FdHpxMaUpcqiCw/s320/Uid422.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5542538662838037282" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ZIeuVS5eEcmSg9SP0_jKvUBJlpmsrCnWNkbbNC_pq4pC7aZKBeql20DJ32_zKj8O3HGjQR_HBcLzBqqya5EHbGW5iaW2x-DLA085pI7Gd_-HVK9XiSZ74UUxQeY0xyb11a6yILX7Rg/s1600/Uid411.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ZIeuVS5eEcmSg9SP0_jKvUBJlpmsrCnWNkbbNC_pq4pC7aZKBeql20DJ32_zKj8O3HGjQR_HBcLzBqqya5EHbGW5iaW2x-DLA085pI7Gd_-HVK9XiSZ74UUxQeY0xyb11a6yILX7Rg/s320/Uid411.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5542539231151631362" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2N0oviuSUEPRdXIlxgz4-Dl1emcSg5SFXjvs3czVZVbYde1ir624kRZmJTMO7LPb2KPbEiKAZtK-VkGHrTczmQ4dadikc-GcfxqszuQFJ1gZsEGkgk-p0IzYBUdmOS338mW7k0oeCg/s1600/Uid406.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2N0oviuSUEPRdXIlxgz4-Dl1emcSg5SFXjvs3czVZVbYde1ir624kRZmJTMO7LPb2KPbEiKAZtK-VkGHrTczmQ4dadikc-GcfxqszuQFJ1gZsEGkgk-p0IzYBUdmOS338mW7k0oeCg/s320/Uid406.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5542540131041808866" /></a><br /><br />Saat ini, saya ingin selalu bersama mereka semua di kediaman kami. Saya tidak ingin terus-terusan meninggalkan indahnya kebersamaan bersama keluarga.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-7994659954547055012010-10-20T08:15:00.000-07:002010-10-20T08:25:40.371-07:00Saya Blogger SombongKetidaksengajaan menelusuri berbagai laman yang saya miliki, dan rasa penasaran akan eksistensi saya di sebuah mesin pencari, seketika saya dikagetkan oleh sebuah fakta bahwa blog yang saya buat telah dibaca oleh beberapa orang asing, dan mereka berasumsi bahwa saya adalah termasuk seorang blogger sombong berdasarkan tulisan-tulisan yang sudah saya publikasikan di blog yang saya buat sendiri.<br /><br /><a href="http://www.cari-info.co.cc/search/Cerita+Saya+Ketemu+Blogger+Sombong">http://www.cari-info.co.cc/search/Cerita+Saya+Ketemu+Blogger+Sombong</a><br /><br />Walau tidak penting untuk saya menanggapi hal itu, namun saya ingin sedikit mengklarifikasi bahwa tujuan saya membuat blog adalah untuk mencurahkan beberapa pemikiran, kebanggaan terhadap diri, keluh kesah, dan pandangan bodoh saya (oleh karena itu saya menyebut diri saya pandir) lewat sebuah ‘wahana’ yang dapat didekorasi sedemikian rupa sehingga menyerupai apa yang pikiran saya inginkan. <br />Apabila ada yang berkenan mengunjungi laman ini, saya terimakasih.<br />Namun betapa masokis (atau mungkin sadis) orang-orang yang langsung menghakimi tanpa melakukan ‘close reading’ terlebih dahulu atas teks-teks yang mereka temukan. <br /><br />Di satu sisi, tak terelakkan kalau saya sakit hati, namun di sisi lain, saya memang pantas masuk ke dalam keluarga SOS.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs233.snc4/38981_1451083848741_1582594175_1065951_225232_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 720px; height: 540px;" src="http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs233.snc4/38981_1451083848741_1582594175_1065951_225232_n.jpg" border="0" alt="" /></a>widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-37341816498049494382010-09-30T09:32:00.000-07:002010-09-30T09:36:00.415-07:00Solid, Olrait, Sombong KKNM Kertasari 2010 (Part 3)Saya bangun pukul 04.00 WIB di hari ketujuh (07/07), hari piket saya bersama Cucu, C’bows, Asep, Thorry dan Ryan. Saya bergegas mandi, mencuci pakaian, dan kemudian shalat subuh. Setelah merapikan diri, Cucu dan C’bows pun dibangunkan, kemudian saya menuju kamar atas untuk membangunkan tiga anggota lainnya sambil menjemur pakaian yang tadi saya cuci. Hari pertama piket, saya ingin membuat masakan yang sederhana dan mengenyangkan, masakan yang sering saya buat bersama teman-teman sepermainan di rumah, bakso aci. Saya menguleni adonan hingga siap untuk dibentuk. Seni membuat bakso aci yang paling menonjol adalah kebersamaan ketika proses pembentukan. Adonan yang dibuat cukup banyak, tidak semuanya dijadikan sayur. Sebagian adonan dimanfaatkan oleh Ruddy, Opik dan para pria lainnya untuk berkreasi membuat cireng beraneka rupa. Bentuk cangkir, peluit, kue tambang, hingga feses unyu ( lucu) pun siap untuk digoreng. Sayur bakso aci dihidangkan bersama tahu goreng dan saos sambal sebagai menu brunch. <br /><br />Setelah perut kenyang, kondisi ruangan di rumah sudah disapu dan dipel, piring sudah dicuci, dan penampilan sudah rapi, kami bersiap untuk menghadapi kesibukkan di hari Rabu yang spesial bagi PJ Seni dan Budaya. Hari itu bertepatan dengan Rajaban, Anggra mengusulkan mengadakan lomba-lomba keagamaan. Hadiah-hadiah bagi para peserta dan pemenang sudah dipersiapkan dari hari keempat kami disana. Lomba-lombanya pun sudah dikonsep sedemikian rupa dari jauh-jauh hari. Siang itu kami berangkat menuju mesjid di dekat rumah Pak Kuwu dengan didahului ‘tos olrait’ untuk pertama kalinya atas inspirasi dari Asni.Sebagian dari kami mempersiapkan ruangan dan properties yang akan digunakan untuk lomba, dan sebagian lagi menunggu waktu pelaksanaan lomba di rumah lain milik keluarga Pak Kuwu. Warga di Desa Kertasari sangat ramah kepada kami. Berbagai suguhan tidak sungkan-sungkan mereka keluarkan, dan kami pun tidak malu-malu untuk segera menghabiskan suguhan tersebut. Begitulah kami, para pemusnah makanan. Dimana pun kami singgah, makanan dengan cepat ludes tak bersisa. <br /><br />Acara Seni dan Budaya terbilang sangat sukses. Para warga (khususnya anak-anak) sangat antusias untuk turut serta memeriahkan setiap lomba seperti kaligrafi, adzan, dan membaca Al-Quran dengan nada-nada elok. Tidak hanya warga dusun Leuwipicung, warga (anak-anak) dari dusun Sirnagalih pun ikut ambil bagian. Walau lelah, namun kami merasa sangat puas dan berbangga atas hasil kerja keras anggota yang dipimpin oleh Anggra. Tidak salah kami memilih dia sebagai PJ Seni dan Budaya. Kami pulang dengan badan lemas namun hati senang. Tim piket RATU (Rabu-Sabtu) kembali mempersiapkan bahan-bahan masakan untuk hidangan makan malam. <br /><br />Pukul 08.00 sebagian dari kami pergi mengunjungi rumah Pak Oneng. Beliau adalah orang yang cukup berpengaruh di SDN Leuwipicung. Saya dan Ryan berbincang sekaligus meminta ijin untuk ikut mengajar, tidak lupa Nadya dan C’bows dari tim kesehatan juga meminta ijin untuk mengadakan sanitasi kesehatan di SDN tersebut. Seperti Perangkat Kecamatan, Staf SMPN Satu Atap 5 Cipatujah, dan Perangkat Desa, Pak Oneng pun menyambut baik niat kami.<br /><br />Keesokan harinya (08/07), tim kesehatan bekerjasama dengan ibu bidan dusun Leuwipicung, yang kebetulan akan melaksanakan imunisasi, membuat acara penyuluhan imunisasi yang diselenggarakan di rumah ibu bidan. Dalam kegiatan itu, hanya tim kesehatan (Nadya, Asni, Nemo, Ira, C’bows, dan Hellen) -yang dibantu oleh Bunga sebagai MC- saja yang ambil bagian. Sisa anggota beristirahat di rumah. Kebetulan hari kamis itu saya sudah memiliki janji dengan Pak Oneng di SDN Leuwipicung untuk membicarakan kegiatan belajar-mengajar tim KKNM di SD. Walau janji bertemu pukul 10.00, saya sudah mandi dan rapi beberapa jam sebelumnya. Daripada tidak melakukan apapun di rumah, saya memutuskan untuk pergi bersama tim kesehatan dan Bunga ke rumah ibu bidan. <br /><br />Kinerja Tim Kesehatan membantu ibu Bidan pada hari itu sungguh tampak cekatan. Nadya sebagai gegeduk kesehatan dengan telaten mencatat setiap informasi tentang ibu dan anak di bagian pendaftaran, Asni dan Nemo membantu ibu dan bayi memeriksa perkembangan Berat Badan dan Tinggi badan mereka, khususnya para bayi dan balita. Anggota lainnya (Ira, Hellen, C’bows) membantu ibu bidan memeriksa ibu hamil dan memberikan imunisasi kepada para malaikat kecil berwajah innocent. Daripada hanya duduk dan memperhatikan saja, saya meminta ijin kepada tim kesehatan untuk menjadi pubdok (publikasi dan dokumentasi) pada kegiatan tersebut. Ketika Nadya ingin memulai penyuluhan, suasana pada saat itu tidak terkendali sekali. Ibu-ibu sedang sibuk mengurus arisan yang digelar bersamaan dengan selesainya imunisasi. <br /><br />Saya dan bunga pamit terlebih dahulu karena kami harus bertemu dengan Pak Oneng di SDN Leuwipicung untuk membicarakan lebih lanjut program KKNM bidang pendidikan disana. Kondisi SDN Leuwipicung terbilang cukum mengkhawatirkan. Ada 5 kelas disana, satu kelas dipakai secara bergiliran oleh murid-murid kelas 1 dan 2, satu kelas disampingnya khusus dipakai untuk kelas 3. Suasana kedua kelas tersebut menurut saya sangat tidak kondusif untuk belajar. Ruangan kelas 4, 5, dan 6 seperti baru direnovasi. Ketiga ruangan tersebut jauh lebih bagus dibandingkan semua ruangan di SDN itu. Ada sebuah ruangan kosong, pak Oneng berkata bahwa dulu ruangan itu digunakan sebagai ruang kesehatan. Sayangnya, gempa besar yang melanda kota Tasik dan sekitarnya membuat sebagian besar ruangan tersebut rusak parah dan tidak layak untuk dipakai lagi. Sebuah perpustakaan kecil yang ada di SDN Leuwipicung memiliki koleksi buku dan alat peraga pembelajaran yang cukup komplit, mungkin perlu sedikit penataan sehingga bisa membuat murid-murid betah berlama-lama disana. Jenis tanah disana adalah termasuk tanah merah yang kurang ditumbuhi rerumputan yang apabila diguyur oleh hujan, maka tanah tersebut akan sangat becek. Pak Oneng pun berkata kalau di SDN Leuwipicung jarang mengadakan upacara bendera ketika musim hujan. Selain melakukan survey, saya dan bunga juga melihat jadwal pelajaran yang sudah diatur kurikulum sekolah sekaligus meminta modul setiap mata pelajaran yang akan kami ajarkan selama program pendidikan di SDN Leuwipicung. <br />Di hari ke sembilan, tim kesehatan melanjutkan penyuluhan ke Sirnagalih. Hanya beberapa orang yang pergi, sisa anggota yang ada di rumah tidak melakukan kegiatan berdasarkan program. Kami bercengkrama, becanda, beres-beres rumah, nonton, makan dan tidur, itulah kegiatan rutin yang sering kami lakukan di rumah. <br /><br />Esoknya, ada undangan yang diberikan oleh Punduh Sirnagalih. Beliau meminta kami untuk datang ke Madrasah disana dalam rangka perpisahan anak didik madrasah tersebut. Kelompok dibagi menjadi 2. Kelompok satu yang terdiri dari Badi, Nemo, Cucu, Mei, Anggra, Opik, Ryan dan Nadya ditugaskan untuk berbelanja barang-barang kebutuhan kami, terutama konsumsi ke Tasik kota. Duabelas lainnya mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju Sirnagalih nanti siang. Sangat luar biasa, saya pikir medan yang harus kami tempuh untuk sampai ke dusun Sirnagalih tidak akan sehebat ini. Jalanan yang penuh dengan rintangan, becek, banyak turunan dan tanjakan, dan masih banyak lagi kejutan yang kami temukan selama perjalanan. Saya sempat menyerah dan hampir tumbang ketika kami menaiki bukit curam, namun ketika sampai puncak, rasa lelah sedikit terobati oleh panorama yang jarang saya lihat di daerah perkotaan. Bentangan sawah dan udara yang cerah membuat semangat saya kembali lagi. Perjalanan panjang tersebut lebih berkesan bagi saya karena dalam perjalanan itu, kacamata saya rusak dan penglihatan saya buram selama sisa waktu KKNM di kertasari, tanpa kacamata.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-47951417640207317802010-09-22T06:45:00.000-07:002010-09-22T06:54:07.192-07:00SASTRA VS LINGUISTIKHari ini (24/08) adalah gerbang menuju perkuliahan tingkat empat. tidak terasa, saya sudah menjadi angkatan tertua (2004-2006 tidak dihitung) dan memiliki tiga junior di kampus. Pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) kali ini memiliki sensasi yang jauh berbeda dari pengisian KRS semester-semester sebelumnya. Saya (angkatan 2007) sudah diharuskan untuk memilih pengutamaan atau minat yang telah ditentukan sejak Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris dibangun. Ada dua pengutamaan dalam pembelajaran di Sastra. Linguistik dan Sastra. Kedua kata tersebut sudah mewakili definisi dan isi yang akan kita temukan didalamnya. Linguistik lebih mengacu kepada tata bahasa seperti phonetik, fonologi, semantik, pragmatik, sintaksis, dan ada pula penerjemahan (translation), sedangkan sastra mengutamakan karya sastra seperti novel, puisi, drama, atau teks yang harus dianalisa oleh para peminatnya.<br /><br />Saya belum siap untuk memilih, tapi program para petinggi kampus memaksa saya untuk bergegas menentukan pilihan. Dari awal perkuliahan di kampus biru, saya lebih condong ke pengutamaan sastra. Ada dua alasan yang saya miliki; pertama, saya senang membaca karya sastra. Membaca adalah salah satu hobi yang paling menyenangkan bagi saya selain memasak, menonton dan menulis. Kedua, kebanyakan teman senior saya di Sastra Inggris dari angkatan 2006 kebawah masuk pengutamaan Sastra. Sayangnya, ada tiga alasan saya belum siap memilih mengambil pengutamaan Sastra; pertama, hobi saya memang membaca, akan tetapi bacaan yang saya punya adalah termasuk bacaan yang dapat dikonsumsi oleh umat manusia yang memiliki tingkat intelegensia standar. Selain itu, kebanyakan atau hampir semua bacaan saya menggunakan bahasa Indonesia. Ketika semester 5 saya mendapatkan mata kuliah further Studies in Prose, saya diberikan beberapa karya sastra novel berbahasa Inggris oleh dosen. Tidak ada satupun dari semua novel yang dia berikan beres saya baca. Saya terlanjur bosan dan pusing melihat berbagai macam kata-kata yang tidak familiar. Kedua, hampir semua teman-teman senior saya lulus tidak tepat waktu. Padahal saya yakin mereka mempunyai kemampuan yang sangat lebih dari saya, jauh di tingkat atas. Hanya ada satu orang senior 2006 bernama Aditya Eko Adriyanto yang dengan beruntungnya lulus tepat waktu (4 tahun). Alasan terakhir, saya sering menyimak dan memperhatikan bahwa semua dosen pengutamaan Sastra adalah tipikal orang-orang yang memiliki kepintaran berlebih. Kepintaran yang jauh diatas rata-rata membuat mereka banyak berulah, dan mahasiswa merekalah yang menjadi korban. Para mahasiswa ynag memiliki iman yang lemah dapat terpengaruh atau terdoktrin oleh perkataan dosen-dosen mereka di kelas, dan akhirnya menjadi pengikut setia. <br /><br />Alasan-alasan tersebut membuat saya ragu untuk masuk pengutamaan Sastra. Ditambah oleh hasutan teman-teman 2006 yang sudah memiliki asam garam kehidupan disana sebelum saya. Banyak sekali penderitaan yang mereka ceritakan kepada saya baik secara langsung maupun secara tersirat. Saya semakin takut mengadapi keangkeran Sastra. Di sisi lain, saya juga tidak mau dicap sebagai seorang pengecut, hanya karena ketakutan dan cap angker yang dimiliki Sastra dan cerita orang-orang berpengalaman namun saya belum membuktikan sendiri, saya berpaling ke Linguistik. Malam-malam sebelum pengisian KRS, saya sudah berencana untuk melakukan shalat istikharah. Akdir berkehendak lain, saya kedatangan tamu rutin setiap bulan. Alhasil saya hanya bisa berdoa sebelum tidur agar tuhan saya memberikan petunjuk di dalam mimpi. Hasilnya masih samar-samar.<br /><br />Di jam brunch, ketika saya sudah mendapatkan lembaran KRS dan daftar jadwal, saya belum berani menyalin semua mata kuliah pengutamaan Sastra. Hanya pandangan hampa yang saya berikan kepada lembaran tersebut selama beberapa lama. Setelah berpikir lama, saya yakin kalau saya seorang yang teguh pada pendirian, saya yakin saya bukan seorang pengecut, saya yakin saya bisa menghadapi semua kesulitan yang mungkin akan saya temui nanti, saya yakin pilihan yang saya ambil bukan karena saya terpengaruh dan ikut-ikutan teman-teman yang sudah senior. Sastra atau linguistik sama saja, hanya individu sendiri yang bisa menentukan apakah itu sulit atau tidak. Jika memang sastra sesulit dan lebih sulit dari linguistik, saya haya perlu meningkatkan tingkat kerajinan dan kemampuan saya. Intinya, jangan malas, belajar untuk sabar dan ikhlas.<br /><br />Keyakinan saya sudah meningkat, sebelum pudar kembali, saya mengisi KRS dengan mata kuliah-mata kuliah pengutamaan Sastra. YA, SAYA MEMILIH SASTRA !widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-24948558932247702102010-08-24T22:20:00.001-07:002010-08-24T22:23:54.413-07:00Ketika Jatuh HatiPerasaan terlarang itu hanya singgah sebentar. Seperti kasus-kasus sebelumnya, dengan mudah saya bisa jatuh hati, dan dengan sangat mudah saya bisa melupakan bahwa saya pernah merasakan jatuh hati pula. Tinggal menunggu efek lanjutan yang sedikit saya harapkan. <br /><br />Akan saya ceritakan mengenai secuil kebiasaan apabila saya sedang merasakan jatuh hati kepada seorang pria. Pertama-tama, saya menganggap blog ini adalah privasi yang jarang sekali teman-teman saya kunjungi, tidak seperti facebook maupun twitter. Jadi saya bisa sedikit lebih terbuka sekaligus belajar memperbaiki struktur bahasa saya yang sedikit banyak sudah terkontaminasi oleh modernisasi. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Saya tidak terlalu memperhatikan bagaimana sempurnanya fisik sang pria. Yang menjadi catatan utama adalah, saya bisa nyaman dan senang melihat dan berada lama-lama disampingnya. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Seluruh pikiran saya terpusat kepada dia. Konsentrasi terpecah, keseharian hanya terus membayangkannya, dan apa yang pernah kami lalui bersama.<br /><br />Ketika jatuh hati<br />Saya merenung tentang hal-hal bodoh yang pernah saya perbuat dihadapan dia sehingga membuat saya malu dan tidak berani mengingat untuk kesekian kalinya. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Saya sangat suka berbicara sendiri, seolah ada dia disamping diri, menjadi teman mengobrol sepanjang waktu yang saya lalui.<br /><br />Ketika jatuh hati<br />Perasaan dipenuhi kerinduan yang teramat mendalam, ingin mencoba berhubungan dengan menggunakan alat telekomunikasi, atau bahkan hanya telepati. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Selalu terbayang apabila kami kelak hidup berdua, duduk berdampingan, bersenda gurau, memakan masakan hasil bersama, atau bahkan marah dalam lingkup kemanjaan.<br /><br />Ketika jatuh hati<br />Saya tidak dapat melakukan banyak tingkah dihadapannya. Lebih memilih diam dan banyak tertunduk karena malu. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Sifat malu merangsang keringat-keringat kecil dibawah mata untuk semakin sering keluar, sehingga gesture tangan saya kebanyakan menutup wajah, mengelap keringat dibawah mata.<br /><br />Ketika jatuh hati<br />Seringnya saya mendengar lagu-lagu yang memicu saya untuk semakin mengingat dia. <br /><br />Ketika jatuh hati<br />Ingin selalu berbagi cerita bersama teman maupun orangtua wanita akan apa adanya pria yang saya suka secara berkala sampai mereka bosan mendengarkannya.<br /><br />Namun <br />apabila rasa itu telah tiada, <br />Saya sudah mampu menatap dia ketika berbicara, memperlihatkan gesture seperti halnya teman biasa yang tidak menjaga sikap dan lebih terbuka.<br /><br />Apabila rasa itu telah tiada,<br />Rasa malu seakan dimakan waktu sepenuhnya, tak bersisa. Dia tidak lagi sempurna di mata saya, hanya seorang pria biasa.<br /><br />Apabila rasa itu telah tiada,<br />Kami malah semakin dekat, komunikasi semakin akrab, dia semakin peduli akan eksistensi saya pribadi. <br /><br />Sayangnya, rasa itu telah tiada. Respon yang saya tunggu dari dia tak kunjung tiba hingga hati saya kembali diletakkan ditempatnya.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-27409067098623968482010-08-20T20:49:00.000-07:002010-08-20T20:51:53.168-07:00Solid, Olrait, Sombong KKNM Kertasari 2010 (Part 2)Kami membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 jam untuk bisa sampai ke Desa Kertasari. Di dalam bus nomor 69, saya duduk bersama Anggra. Anggra adalah teman Winnie, dan dia adalah orang pertama yang menyapa saya di jejaring sosial Facebook, berbasa-basi tentang kegiatan KKNM dan sedikit-sedikit membahas tentang Winnie; kemudian kami melanjutkan komunikasi lewat pesan singkat, saling bertanya tentang barang-barang yang akan dibawa untuk KKNM nanti, dan masih banyak lagi percakapan lainnya. Selama perjalanan, kami berbincang banyak hal, tentang ponsel, keluarga, dan banyak lagi. Genre musik yang kami sukai kebanyakan sama, oleh karena itu Anggra ‘merampok’ cukup banyak koleksi lagu yang saya miliki di ponsel. Setelah beberapa lama berbincang, Anggra tertidur, namun saya tidak dapat sedetik pun memejamkan mata meski malam sebelum keberangkatan saya hanya tidur selama satu jam. Saya hanya duduk termenung sambil melihat pemandangan diluar bus. <br /><br />Cukup bosan melihat-lihat jalan, pandangan saya beralih pada dua orang lelaki yang duduk di barisan depan saya dan Anggra, mereka adalah Hendra dan Thorry. Dari pertemuan pertama hingga pertemuan-pertemuan berikutnya, saya tidak terlalu memperhatikan mereka. Bahkan saya pikir Hendra yang memiliki panggilan Ciha tidak datang di pertemuan pertama kami di Che.Co. Ketika kelompok kami memiliki group di Facebook, Ciha banyak berkomentar, begitu pula banyak komentar yang dia berikan di foto-foto hasil survey yang dilakukan tim pendahulu. Berbanding terbalik dengan ‘ke-cerewet-an’ dia di Facebook, Ciha menurut saya aslinya sangat diam. Dalam bus, dia duduk menggunakan penutup mata warna hitam, mengenakan headset, dan gesturenya menampakan bahwa dia menikmati lagu-lagu yang sedang dia dengarkan. Selaras dengan Ciha, sosok Thorry di mata saya sungguh sangat pendiam, lebih pendiam dari Ciha tepatnya. Dari pertemuan pertama, pembekalan, dan pertemuan selanjutnya, dia sangat minim berbicara, hanya menjadi penyimak. Walau demikian, Thorry selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan kami. Ketika awal pembekalan, dia duduk terpisah dengan kami (seperti Asni), namun seterusnya, Thorry ikut bergabung bersama barisan. <br /><br />Hal menarik lainnya yang saya temui di dalam bus adalah ST12 dan kangen Band. Perjalanan yang kami tempuh menurut saya pribadi sangat berkesan karena diiringi oleh kedua band tersebut. Bukan apa-apa, saya mendengar banyak cerita dari teman-teman sekelas yang sudah melaksanakan KKNM di gelombang 1 bahwa selama KKNM, mereka jarang sekali mendengarkan suara Justin Bieber, Craig David, apalagi The Bird and The Bee. Musik andalan yang sering mereka dengarkan adalah Mau di Bawa Kemana (Armada), Keterlaluan (The Potters), Isabella (ST12), dan masih banyak lagi lagu dari band-band ternama di Indonesia. Ketika mendengarkan lagu-lagu ST12, saya tersenyum sendiri. Bukan karena saya sok Inggris dan meremehkan lagu-lagu tersebut, namun saya tersenyum karena kebenaran tentang cerita teman-teman saya terbukti di dalam bus nomor 69. Saya langsung telepon Risya, sahabat saya yang sangat bersemangat ketika menceritakan fenomena Band Indonesia di wilayah kegiatan KKNMnya di bulan Januari lalu. Dia juga tertawa puas ketika saya menceritakan pengalaman yang sama dengan dia. <br /><br />Kurang lebih 4 jam sudah kami melakukan perjalanan, dikurangi waktu istirahat selama 20 menit. Rombongan bus berisi para mahasiswa yang melakukan kegiatan KKNM di daerah Tasikmalaya, tepatnya di daerah Cipatujah diturunkan di kantor kecamatan. Ada kejadian berkesan ketika kami tiba disana. Ketika perangkat kecamatan mulai mengomando para mahasiswa untuk berkumpul di aula, kelompok saya dengan sok tahu mengikuti rombongan yang masuk kedalam sebuah ruangan. Ternyata setelah ditelusuri, rombongan tersebut bukan pergi ke aula, tetapi ke toilet. Denganwajah polos kami keluar kembali dari ruangan itu dan duduk manis di aula. Disana kami disambut dengan baik oleh seluruh perangkat kecamatan. <br /><br />Perjalanan dilanjutkan kembali, tapi tidak menggunakan bus nomor 69 lagi. Kelompok saya dijemput oleh pick up milik pak Kepala Desa Kertasari yang kemudian terkenal dengan sebutan Pak Kuwu. Dikarenakan kuota barang-barang yang kami bawa jauh lebih banyak daripada jumlah anggota satu kelompok, maka kami putuskan pemberangkatan dilakukan sebanyak 2 kloter. Kloter pertama adalah kloter barang-barang dan beberapa orang yang mengawasi. Saya termasuk kedalam kloter 2 bersama mayoritas anggota. kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil menunggu jemputan tiba. Opik, Nemo, dan Cucu pergi belanja sisa barang-barang yang dibutuhkan, sisanya (kalau tidak salah Saya, Asni, Mei, Ryan, Bunga, Ira, Anggra, Ruddy, Henly, Sahat dan Hellen) melanjutkan perjalanan. Setiap warga yang melihat kami berjalan, bertanya arah dan tujuan perjalanan kami. Ketika kami menyebut nama Kertasari, mereka sangat kaget. Dengan ekspresi wajah yang tampak shock, mereka bilang “KERTASARI ?! Masih salapan kilo deui, jang, ka Kertasari mah. Meuni kuatan mapah sajauh kitu!” Untungnya jemputan datang sebelum kami pesimis karena tidak sampai-sampai ke tempat tujuan. Sisa perjalanan yang dilalui membuat kami tertegun. Separah inikah jalan menuju tempat KKNM yang saya dan teman-teman pilih?<br /><br />Setelah sampai di rumah yang disediakan pak Kuwu, saya mengucap syukur karena masih ada istana di tengah hutan seperti itu; namun dipinggir kanan dan kiri rumah, sangat minim sekali saya menemukan rumah tetangga. Setelah masuk kedalamnya, saya semakin merasa betah dan semakin bersyukur karena rumah tersebut sangat luas dan nyaman, akan tetapi kekecewaan mulai menjalar ketika saya sadari bahwa tidak ada sedikitpun jaringan yang dapat ditangkap oleh ponsel saya. Tidak mengapa. Ada 3 kamar di lantai bawah dan tiga kamar di lantai atas. Kaum perempuan menempati lantai bawah, saya sekamar bersama Henly, Icha, Nadya di sebuah kamar yang didalamnya ada kamar mandi. <br /><br />Tim konsumsi segera beraksi, Nemo sang koki dari negeri Jiran mulai menunjukkan kebisaannya dalam mengolah makanan. Sebagian masih sibuk membereskan barang-barangnya, sebagian lagi menemani pak Cucu, berbincang, berceloteh sambil makan makanan kecil. Hari itu kami makan dengan menu sarden. Kenyang, dan saatnya membersihkan diri. Kamar mandi hanya 2 buah yang berfungsi, terpaksa kami menggunakan sistem ‘ngantri’, sehingga waktu yang dibutuhkan agar semua anggota bersih dan wangi menjadi lebih lama. Seusai beres-beres barang dan badan, kami bersiap untuk bersilaturahmi ke rumah pak Kuwu. Jarak antara rumah yang kami tempati hingga rumah pak Kuwu cukup jauh. Sepanjang jalan, kami bertemu dengan warga yang sedang bersantai di serambi rumah mereka masing-masing. Sapaan alakadarnya selalu terujar ketika kami bertemu dengan mereka. <br /><br />Malam pertama di desa Kertasari, kami mengadakan rapat pertama. Didampingi oleh pak Cucu sebagai DPL, Ryan memimpin rapat itu. Kami membahas rencana program yang akan kami lakukan selama satu bulan di desa ini. Di dalam rapat tersebut saya -yang dibebani amanat menjadi bendahara- sedikit mengeluh tentang pengeluaran pertama yang jauh diluar dugaan. Untuk mengantisipasi adanya pengeluaran berlebih lagi, maka saya membuat peraturan kepada tiap divisi, pengeluaran kelompok kami dijatah sebanyak Rp.200.000/harinya. Jika melebihi jatah tersebut, maka pengeluaran hari berikutnya akan dikurangi sesuai dengan kelebihan pengeluaran di hari sebelumnya. Untungnya tidak ada yang protes atas peraturan yang bendahara buat. Selanjutnya dalam rapat pertama itu telah diputuskan bahwa program yang akan dilakukan selama satu bulan kami disana ada empat, yaitu dalam bidang Pendidikan, Pertanian, Kesehatan dan Seni Budaya. Kegiatan dalam tiap bidang ditentukan oleh tiap Penanggungjawab bidang yang akan ditunjuk keesokan harinya. <br /><br />Menginjak hari kedua (02/07) kami disana, saya bangun lebih awal dari yang lain. Meski malam pertama disana saya tidur cukup nyenyak, tetap saja ada sesuatu yang mengganjal saya untuk tidak tidur lebih lama. Melihat keadaan kamar mandi yang tak berpenghuni, saya memutuskan untuk mandi dan mencuci pakaian. Keuntungan bangun lebih awal yang saya rasakan diantaranya saya tidak usah lama mengantri dan saya pun bisa berlama-lama di kamar mandi. Pukul 08.00 kami pergi ke balai desa untuk meminta data desa sekalian berbincang-bincang. Dikarenakan pak Kuwu belum datang ke balai desa, Ryan, Cucu dan Nadya pergi ke rumah beliau. Pak Cucu berbincang dengan pak Sekdes didalam, dan kami para anggota berfoto dan becanda diluar. Banyaknya latar belakang daerah yang ada di kelompok kami merupakan sebuah peluang untuk saling belajar culture dan bahasa tiap daerah. Kami yang berada diluar balai desa sedikit-sedikit berbagi ilmu kebahasaan. Mayoritas kelompok KKNM Kertasari 2010 adalah warga Jawa Barat yang bisa berbahasa Sunda, walau ada juga anggota yang bukan berasal dari Jawa Barat dan hanya bisa menggunakan bahasa Sunda yang sedikit kasar. Mungkin yang tidak dapat berbahasa sunda dapat dihitung jari, seperti Hellen yang berasal dari Kepulauan Riau, fasih berbahasa mandarin dan masih memakai bahasa Indonesia baku dengan aksen mandarinnya di dalam percakapan sehari-hari. Nemo dan Asni yang berasal dari negeri Jiran, memiliki aksen bahasa melayu yang khas. Apabila mereka berdua berbincang, kami kurang bisa paham pembicaraan mereka. Timbul rasa penasaran dan timbul pula rasa ingin tahu sehingga kami semua ingin saling belajar bahasa setiap daerah (dan negara). Ada Ciha dan Sahat yang memiliki marga yang termashur di Medan. Sahat sudah lama menetap di Cimahi, sehingga dia masih bisa menggunakan bahasa Sunda walau agak kasar, sedangkan Ciha memiliki kosakata Sunda yang sangat minim, Ciha mengenal Sunda setelah dia menetap di Jatinangor. Otomatis bahasa Sunda yang dipelajarinya terpengaruh oleh kegaulan para mahasiswa Unpad yang berdomisili di Jatinangor juga, alias Sunda Prokem. Ada pula Icha c’bows yang berasal dari Cilegon, C’bows adalah tipe pengguna bahasa Sunda pasif. Dia paham ketika orang-orang berbicara menggunakan bahasa Sunda, namun kurang bisa berbahasa Sunda. Terakhir ada Thorry yang berasal dari Manado, namun tinggal lama di Tangerang. Saya mengetahui sedikit bahwa SD dan SMP di Depok dan Tangerang ada pembelajaran tentang bahasa Sunda. Thorry lebih tampak seperti anak gaul tangerang yang menggunakan ‘gue-elo’ dalam percakapan sehari-hari daripada anak gaul Manado. Walaupun orang-orang yang saya sebutkan diatas kurang mampu berbahasa Sunda, bukan berarti mereka tersisihkan dan memilih menjadi pendiam. Kami semua mencoba untuk berbaur bersama dan saling belajar selama masa KKNM dan mudah-mudahan berlanjut hingga kami tiba kembali di Jatinangor bahkan hingga waktu yang tak terbatas. <br /><br />Pukul 10.00 kami kembali ke rumah. Setelah beristirahat dan makan, Pak Cucu pamit untuk pergi ke desa Padawaras. Pak Cucu berangkat, Kami mengadakan rapat lanjutan yang terbilang singkat dan tidak terlalu resmi seperti rapat malam kemarin. Rapat singkat tersebut hanya membahas dan menunjuk Penanggungjawab (PJ) tiap bidang yang sudah dibahas semalam. Dari bidang pendidikan, ada tiga calon PJ yang diusulkan. Mereka adalah saya, Taufik dan Badi yang dipilih karena basic kami berasal dari Fakultas Sastra. Para anggota menunjuk saya sebagai PJ, dan Ryan sebagai kordes berkata bahwa pilihannya pun berat ke saya. Agak ambigu sebenarnya perkataan Ryan itu, tapi setelah dipertimbangkan dan dipikirkan secara mendalam, saya bersedia mengemban tanggung jawab lainnya, selain sebagai bendahara yaitu PJ Pendidikan. Disusul oleh Henly yang berasal dari Fakultas Pertanian sebagai PJ Pertanian, Nadya dari Fakultas Kedokteran sebagai PJ Kesehatan, dan Anggra dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang memiliki suara bagus dan pandai bernyanyi sebagai PJ Seni dan Budaya. <br /><br />Dalam rapat singkat pemilihan PJ, disinggung pula mengenai survey ke empat dusun di Desa Kertasari. Kami dibagi menjadi empat kelompok, pukul 14.00 setelah beres shalat jumat dan beres-beres, kami bersiap berangkat dengan kelompok masing-masing. Saya satu kelompok dengan Nemo, Ira, Ruddy, Sahat, dan Henly melakukan survey di dusun Leuwipicung. Rumah yang kami tempati pada saat itu berada dalam lingkup dusun Leuwipicung, jadi kami tidak ikut naik pick up bersama tiga kelompok lainnya. Awalnya kami pikir ruang lingkup Dusun Leuwipicung hanya daerah tempat tinggal kami hingga ke rumah pak Kuwu, namun ternyata itu hanya 20% bagian dari keseluruhan dusun. Ada lebih dari enam RT di dusun itu, perjalanan ke tiap rumah ketua RT sangat menguras tenaga, ditambah jalanan yang kami lalui cukup terjal. Kami mewawancarai warga berdasarkan bidang yang sudah ditentukan untuk menentukan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan nantinya. Karena kelelahan, mood saya benar-benar buruk pada saat itu. Sampai pulang dan rapat evaluasi pun, saya lebih memilih diam dan menjawab seadanya apabila ditanya. Kami beristirahat untuk mengumpulkan kembali tenaga yang sudah banyak terkuras di hari itu.<br /><br />Hari ketiga (03/07) tidak ada jadwal kunjungan atau kegiatan apapun. Kami memilih untuk mengakrabkan diri dengan rumah yang kami tempati. Seharian kami tidak kemana-mana. Cucu memecahkan kesunyian di dalam rumah dengan permainan ramalan kartunya. Semua anak mencoba ketepatan ramalan Cucu. Disambung oleh ramalan kartu versi Anggra. Tiap anggota ikut berpartisipasi diramal oleh Anggra. Ini hanya permainan, untuk bersenang-senang. Jadi saya tidak begitu mempermasalahkan ketepatan ramalan dari Cucu maupun Anggra. Selain itu, Mei sebagai sekretaris membuat jadwal piket di rumah. Jadi semua anggota bisa kerja semua, tidak dibebankan pada orang-orang tertentu saja. Saya kebagian piket hari Rabu dan Sabtu bersama Ryan, Asep, Thorry, Cucu dan C’bows. <br /><br />Menjelang petang, Asep sudah bersiap pergi ke Mushola untuk mengajar anak-anak mengaji. Asep adalah anggota yang memiliki inisiatif tinggi. Sejak pertama kita tiba di Kertasari, dia sudah rajin mengunjungi mesjid dan madrasah yang ada disana dan membantu ustad mengajar anak-anak mengaji. Awalnya saya senang dengan inisiatif yang dia miliki, karena kegiatan mengajar di mesjid dan Mushola masuk ke dalam program pendidikan pula. Ada pula sedikit rasa gereget saya terhadap Asep karena dia kurang berkoordinasi dengan saya dan anggota lainnya mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan, kapan saja kegiatan berlangsung, dimana saja dia melangsungkan kegiatan, dan sebagainya. Asep dengan mudahnya menjawab ‘ya’ ajakan dari ustad-ustad di tiap mesjid untuk mengajarkan mengaji tanpa melihat kapasitas dan kemauan para anggota lainnya. Pada akhirnya saya memutuskan untuk memusatkan kegiatan mengajar mengaji di satu mushola dekat rumah saja. Yang lainnya, biarkan Asep saja yang mengatur sendiri dengan para ustad. <br /><br />Hari keempat (04/07) rumah kami kedatangan tamu tepatnya pukul 08.10. Tamu-tamu kecil datang bergerombol diiringi tawa riang yang membuat kami semakin gemas melihat mereka semua. Anak-anak sekitar dusun Leuwipicung datang ke rumah untuk belajar sambil bermain. Cukup lama kami berinteraksi dengan anak-anak. Belajar, bernyanyi, berjoged, becanda, games, dan masih banyak lagi kesenangan lainnya di hari itu. Siangnya, atas usulan pak Kuwu, kami pergi ke Pantai Cipatujah. Kami pergi naik Pick up atau kolbak andalan yang dikendarai oleh pak Acon. Menurut pandangan saya –yang juga termasuk anak pantai- pantai Cipatujah kurang begitu menarik, kurang bersih, dan sayangnya lagi berpasir tidak putih. Disana, saya kurang tertarik bermain air atau ikut berfoto. Saya memanfaatkan sinyal yang ada dengan menelpon orangtua dan teman. Di pinggir pantai, kami membeli ikan laut untuk disantap nanti malam. Mumpung pergi keluar desa, kami menyempatkan belanja hadiah untuk acara Rajaban yang diusung oleh Anggra sebagai PJ Seni dan Budaya, juga belanja konsumsi untuk dua hari kedepan. Sebelum pulang, Ira sangat ingin makan bakso, diamini oleh yang lainnya. Saya dan Henly yang duduk di depan bersama pak Acon pun mencari Bakso yang enak di sepanjang perjalanan. Setelah puas jalan-jalan, kami pulang dan mempersiapkan hidangan makan malam spesial, ikan bakar. <br /><br />Di pagi hari berikutnya (05/05) piket sudah mulai berjalan. Beres makan, kami sudah bersiap untuk melaksanakan lokakarya bersama perangkat desa dan para warga. Cukup banyak warga yang datang ke balai desa pada saat itu. Dalam lokakarya dan sosialisasi tersebut, kami menjelaskan berbagai macam program dan kegiatan yang akan kami lakukan di Desa Kertasari kepada warga, dan meminta ijin, persetujuan serta bantuan para warga untuk keberlangsungan program kami. Di divisi pendidikan sendiri, Tim merencanakan lima kegiatan, diantaranya pendidikan formal (mengajar di SD Leuwipicung), Pendidikan keagamaan (mengajar di madrasah), Pendidikan nonformal (les dan pendidikan Anak Usia Dini), dan pendidikan umum (pembelajaran berbahasa Indonesia bagi para warga). Pak Sekdes menghampiri saya dan mengusulkan agar kami tidak hanya mengajar SD saja. Di Leuwipicung juga ada sebuah SMP yang baru didirikan dan membutuhkan tenaga pengajar. Saya pun menampung usulan pak Sekdes untuk dibicarakan kembali bersama tim pendidikan. <br />Selesai Lokakarya, kami kembali ke rumah untuk beristirahat, sebagian anggota mematangkan kembali konsep program yang akan dibuat. <br /><br />Tim pendidikan mulai melaksanakan kegiatan. Sore harinya, diadakan pendidikan terbuka bagi anak-anak SD kelas 4-6 dan ada pula pendidikan umum untuk warga 15 tahun keatas yang ingin belajar bahasa Indonesia lebih dalam di balai desa. Pendidikan terbuka perdana sukses dijalankan, berbanding terbalik dengan pendidikan umum. Tidak ada seorangpun warga yang datang ke balai desa. Tidak mengapa, masih ada besok, hari terakhir untuk pendidikan umum. <br /><br />Beberapa paragraf di dalam tulisan ini membahas tentang program pendidikan di desa Kertasari, bukan karena saya adalah PJ pendidikan, namun belum muncul saja bidang yang lainnya. Nanti pasti akan saya bahas sedikit-sedikit yang saya tahu tentang bidang Pertanian, Kesehatan serta Seni dan Budaya. Kembali ke Pendidikan, keesokan hari di pagi yang cerah (06/06), mengikuti usulan pak Sekdes ketika lokakarya pada hari Senin, beberapa tim pendidikan pergi untuk melakukan survey ke SMP Satu Atap 5 Cipatujah yang berada di dusun Leuwipicung. Berhubung kami datang ke Desa Kertasari bertepatan dengan liburan sekolah, maka pendidikan formal baru bisa dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2010 ketika para siswa sudah masuk sekolah lagi. Di SMP, kami banyak bertanya kepada satu-satunya staf yang ada di kantor. Lalu kami pun meminta ijin kepada kepala SMP untuk ikut mengajar di sekolah tersebut. Niat kami disambut baik, dengan tangan terbuka, pihak SMP mengabulkan permintaan kami. <br /><br />Sisa hari itu kami lewatkan dengan melakukan survey ke dusun Sirnagalih. Dusun ini adalah dusun terjauh dibandingkan kedua dusun lainnya selain Leuwipicung. Di Sirnagalih, kami disambut di rumah pak RW yang selanjutnya disebut pak Punduh. Alangkah senangnya anggota yang kebagian piket di hari itu, mereka tidak usah repot masak dan mencuci piring, kami disuguhi berbagai macam makanan ringan dan dilengkapi dengan suguhan makan siang yang sangat spesial. Sebelum makan, sebagian dari kami pergi ke Masjid untuk melakukan sembahyang dzuhur. Pemandangan disekitar masjid sungguh menenangkan hati dan pikiran. Saya sungguh betah lama-lama duduk di masjid sambil melihat sekitar. Pak Punduh sangat senang menerima kedatangan kami, para mahasiswa berpokiran polos, namun dikarenakan pukul 16.00 ada kegiatan pendidikan terbuka, kami berpamitan kepada pak Punduh dan keluarga.<br /><br />Setibanya di rumah, tim PJ pendidikan umum bersiap menuju balai desa, dan tim PJ Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pun bersiap menyambut anak-anak yang datang ke rumah untuk belajar sambil bermain. Kembali disayangkan, antusiasme para pemuda dan orangtua di dusun Leuwipicung untuk mencari ilmu, kalah mutlah oleh antusiasme bocah-bocah kecil nan menggemaskan. PAUD berjalan lancar, sedangkan tim pendidikan umum pulang dengan raut kekecewaan. <br /><br />To be continued (Insya Allah)widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-62888960470525199.post-83033306145904941762010-08-20T20:47:00.000-07:002010-08-20T21:29:22.720-07:00Saya juga pernah (dan sering) GalauKata takdir mungkin terlalu umum untuk melukiskan apa yang sedang berlangsung selama beberapa hari belakangan ini. Saya pun tidak bisa menggunakan kata karma dikarenakan tidak adanya peristiwa yang pernah saya timpakan di waktu lampau. Sayangnya, saya tidak mempunyai kata-kata yang lebih tepat untuk mendeskripsikan suasana yang bersifat rutin dan berkelanjutan. <br />Kebosanan selalu hadir bersamaan dengan penyesalan, namun apa yang harus disesalkan sangatlah bersifat abstrak. Saya tidak tahu apa itu. <br />Selalu berpikir positif, selalu berusaha untuk sabar dan ikhlas, dan selalu menunggu.<br />Mungkin benar bahwa tidak ada gunanya untuk terus menyampaikan cerita duka yang sama secara berulang, yang ada hanya penyesalan dan rasa sakit yang tak berujung. <br />Berada di daerah asing tidak melulu dapat membuat segalanya berubah. Masih ada beberapa unsur yang akan selalu terbawa kemanapun kita beranjak. Pembawaan individu menentukan segalanya, apakah individu tersebut ingin memiliki hidup yang konstan, ataukah dia menginginkan perubahan-perubahan signifikan.<br />Berbagai hal berusaha saya amati secermat mungkin. Seperti halnya seorang psikolog yang bertanya secara terperinci kepada pasiennya untuk menemukan dan mengatasi suatu permasalahan yang dialami oleh pasien tersebut. <br /><br />NOTE : saya tidak tahu kenapa dan kapan saya menulis tulisan ini. Mungkin tulisan diatas adalah wujud konkrit kegalauan yang pernah saya rasakan, entah kapan.widinupushttp://www.blogger.com/profile/11425956764526745429noreply@blogger.com0