Kamis, 25 Agustus 2011

kenapa ‘tin’ dan kenapa ‘pus’.

Nama saya Widi Zakiyatin Nupus. Ketika saya menyebutkan nama lengkap, tidak sedikit orang yang bertanya tentang arti dari Nupus dan juga perubahan dari Zakiyatun menjadi Zakiyatin. Sebenarnya, saya mempunyai alasan tersendiri akan hal tersebut.
Ketika lahir, kakek saya memberikan nama Zakiyatun Nufus. Kakek menulisnya menggunakan tulisan arab di secarik kertas. Nama tersebut berasal dari bahasa Arab, Zakiyatun memiliki arti bersih dan suci, sedangkan nufus berarti jiwa. Ayah saya memberikan nama Widi sebagai nama depan. Dalam bahasa Sunda, ada istilah ‘diwidian ku gusti’ yang berarti diridhoi oleh Tuhan. Maka Widi dapat diartikan sebagai Ridho. Jadi, nama lengkap saya yang sebenarnya adalah Widi Zakiyatun Nufus memiliki arti jiwa yang bersih, suci dan diridhoi.
Saya adalah seorang anak yang sangat bahagia karena mendapatkan banyak kasih sayang dan perhatian dari orangtua dan dari orang-orang sekitar. Mamah pernah bilang, di mana pun saya singgah, saya akan mendapatkan banyak perhatian dan disukai oleh orang-orang yang berada di tempat yang saya singgahi. Dan hingga detik ini, perkataan mamah memang terbukti benar. Orang-orang baru yang saya temui, baik yang lebih tua, seusia, maupun yang lebih muda, selalu memberikan respon positif terhadap saya. Hal tersebut tentu saja memiliki penjelasan. Dari kecil, mamah selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap sopan dan bertutur kata halus kepada keluarga serta kepada setiap orang yang ditemui. Hal kecil semacam sapaan sopan ataupun hanya memberikan senyuman kepada orang lain yang baru ditemui akan memberikan kesan baik. Preman sekali pun akan segan untuk mengganggu kita apabila sikap kita sopan terhadap mereka.
Akan tetapi, tidak semua orang menghargai sikap seperti itu. Di tulisan saya sebelumnya, saya sudah menerangkan bahwa saya dibesarkan oleh keluarga yang serba berkecukupan. Kondisi badan saya pada saat itu terbilang sehat dan bentuk tubuh saya ideal, namun saya dianggap gemuk karena saya bersekolah dasar di perkampungan yang mayoritas anak-anaknya serba hidup kekurangan. Banyak anak-anak yang sedang nongkrong di jalan yang mengejek saya sebagai gadis gemuk. (selengkapnya ada di widinupus.blogspot.com)
Pada saat itu, acara Si Doel Anak Sekolahan merupakan acara TV yang sangat diminati oleh banyak orang. Di sana terdapat tokoh yang bernama Zaitun yang dipanggil Atun. Atun memiliki badan yang subur, dan tentu saja hal itu berdampak pada panggilan masyarakat terhadap orang-orang berbadan subur di lingkungan tempat tinggal mereka. Orang-orang yang berbadan subur diidentikan dengan tokoh Atun, dan saya termasuk ke dalam kategori tersebut. Setiap berjalan kaki, walau saya berusaha untuk bersikap seramah mungkin, selalu saja ada orang iseng yang mengejek saya gendut dan/ memanggil saya dengan sebutan Atun. Begitu pula dengan teman-teman jail yang sudah tahu nama lengkap saya dan menemukan kata Atun di ZakiyATUN, mereka otomatis juga memanggil saya demikian.
Saya memiliki sifat sangat sensitif. Banyaknya ejekan dari orang-orang iseng tersebut membuat saya tumbuh menjadi gadis yang tidak percaya diri dan selalu memandang diri saya rendah. Panggilan Atun membuat saya tidak suka dengan nama saya sendiri karena Atun mengingatkan bahwa saya memiliki badan gemuk dan karena badan gemuk, saya menerima ejekan-ejekan tersebut dari orang-orang. Oleh sebab itu, saya meminta kepada pihak sekolah untuk mengubah Zakiyatun menjadi Zakiyatin di daftar hadir, daftar nilai dan bahkan ijazah saya.
Mengenai perubahan Nufus menjadi Nupus dapat saya jelaskan secara singkat. Penjelasan pertama, perubahan huruf ‘f’ menjadi ‘p’ merupakan pengaruh kesundaan keluarga saya. Saya dan keluarga, yang berdomisili di Tasikmalaya dan juga Garut (tepatnya Pameungpeuk), adalah suku Sunda. Semua orang tahu bahwa Sunda sangat akrab dengan huruf ‘p’. Ketika hendak menyebutkan kata Nufus, orang sunda akan menyebut Nupus. Maka, terdapat beberapa kesalahan pengucapan yang kemudian menimbulkan kesalahan penulisan dari Nufus menjadi Nupus di surat-surat penting keluarga saya, termasuk akta lahir. Penjelasan kedua, kakek saya memberikan nama Nupus tersebut kepada setiap cucu perempuannya. Misalnya sepupu saya bernama Anissa Nur Fitri Yatin Nupus dan ada pula sepupu lain yang bernama Avina Nupus. Jadi, Nupus yang berasal dari kata Nufus menunjukkan bahwa saya adalah orang Sunda, dan Nupus merupakan sebuah identitas (atau bisa disebut sebagai marga) yang diberikan kepada cucu perempuan kakek saya.
Kalau ada orang yang bertanya mengenai Zakiyatin atau Nupus lagi, saya berharap dapat menyodorkan tulisan ini tanpa harus menjelaskannya secara lisan.

1 komentar:

  1. betul de widi. abi pernah baca,di sunda itu emang ga ada huruf f,z,x. huruf2 itu diganti jadi p,j,k.hehe.unik yah.

    abi punya pengalaman unik soal nama panggilan. basa kelas 1 sd abi sakola di sebuah sd (yaiyalah masa pas SD sekolah di SMA :D). pas kelas 2 abi pindah ka SD na ega, megantara marom. abi tos kenal ega sejak lama, sejak kecil banget,soalna bapa abi sareng bapa ega temenan. ega biasa manggil abi de reza,soalna emang abi lebih muda,abi manggil a ega. nah pas masuk ka SD baru, semua anak tanya ka ega,saha eta?saha nami murid baru eta teh?saur ega abi teh namina de reza. jadilah semua anak di kelas manggil de reza, meskipun mereka ada yang lebih muda.haha.panggilan itu bertahan bahkan sampai SMP.ada anak TK malah (pas abi SMP) manggil de reza.haha,konyol. waktu itu abi kadang marah dipanggil de reza.tapi pas sekarang panggilan itu hilang (bahkan ega tos teu manggil de deui,abi ge teu manggil a deui.hehe), abi kangen.lucu yah,justru kita merasa sesuatu itu penting setelah dia ga ada. nah abi malah tibalik, basa SMA abi asa jarang (malah mun teu salah mah teu pernah) manggil neng widi zakiyatin nupus dengan panggilan de widi,ayeuna jadi nurutan pake de.haha.by the way, congratulations for the graduation, i really happy to hear that :)

    BalasHapus